Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2022

Fast X - Review

Gambar
Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah

The Batman - Review

Gambar
Pertama-tama, mari menerima kenyataan dulu bahwa film Batman tidak akan berhenti diproduksi oleh Warner Bros - meski ganti aktor ratusan kali pun. Kenapa? Ya duit lah. Bukan cuma hasil dari penjualan tiket dan subscription di HBO GO/MAX aja, tapi penerimaan paling besar datangnya dari merchandise.  Iya, jualan merchandise Batman itu sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari teman-teman Avengers di toko sebelah. Jadi ya nggak heran kalau banyak yang klaim bahwa Batman adalah pahlawan super yang paling terkenal. Masuk nonton The Batman dengan durasi tiga jam kurang lima menit, gue datang tanpa ekspektasi apapun. Hasilnya gue sangat terpuaskan dan terkagum-kagum. Menurut gue The Batman versi Matt Reeves ini bukan film superhero, tapi film psychological-thriller noir . Jauh banget dari hingar binar kaya semesta sinema toko sebelah.  The Batman fokus ke kisah detektif dan  investigasi pembunuhan berantai yang dilakukan The Riddler, di tengah kota Gotham yang gelap, penuh korupsi, dan seakan

Spencer - Review

Gambar
Akhirnya kesampean nonton film ini secara legal, terima kasih Klik Film udah capek-capek akuisisi dan bawa film ini ke Indonesia. Meski nontonnya harus pake laptop dan pake kabel HDMI biar bisa nonton di TV, udah gitu buffering mulu setiap 15 menit buset padahal internet gue aman-aman aja. Semenjak Emma Corring jadi Lady Di muda di The Crown Season 4 , rasanya tuh standarnya semakin tinggi. Beruntung Kristen Steward nyaris sempurna banget di sini! Nggak sia-sia dia latihan aksennya selama enam bulan. Bahkan kata mantan chef di istana bilang kalau penggambaran Kristen Steward sebagai Lady Di adalah yang paling mirip, meyakinkan, sampai ke aksennya yang on point banget. Filmnya sendiri ternyata bukan tipikal biografi yang menceritakan kehidupan Lady Di dari masa ke masa. Spencer karya sutradara Pablo Larrain ini lebih fokus ke tiga hari Natal di mana keluargan kerajaan punya tradisi untuk family time di istana Sandringham, mulai dari makan bareng sampai menembak. Tapi ini adalah masa p

The Innocents - Review

Gambar
Gue nonton ini murni baca review singkat di ig story dari eks-boss gue yang udah terpercaya banget lah selera filmnya. Langsung percaya dan ternyata lagi ada di CGV dalam rangka special screening award season. Cuma dapat 1 jam tayang setiap harinya, langsung lah sikat sebelum turun layar. Dari trailernya sih gue ngerasa ada vibe Let the Right One In (2008) ya, sama-sama dari Skandinavian setidaknya. Wah gue suka banget sih sama The Innocents . Atmosfer filmnya lamban dan sunyi gitu, tapi jadi kaya ngasih kesempatan buat penonton untuk ikut terlibat dalam pemikiran dan perasaan anak-anak ini. Jalan ceritanya sendiri sangat unik ya. Menurut gue ini kaya Chronicle (2012) versi anak-anak; apa jadinya jika anak-anak umur 9-12 tahun menemukan dirinya punya kekuatan super. Premis yang sangat menarik! Apalagi secara psikologi perkembangan, apa yang ditampilkan dalam film ini benar-benar akurat dan logis! Manusia punya bagian otak bernama amygdala yang berfungsi sebagai kontrol emosi dan mora

Promising Young Woman - Review

Gambar
GAK HERAN MENANG BEST ORIGINAL SCREENPLAY OSCAR 2021! Sutradara dan penulis naskah Emerald Fennell emang ga kaleng-kalengan sih. Debut film panjang baik di sutradara dan penulisan naskah, langsung dapat nominasi di dua kategori itu di berbagai penghargaan bergengsi. Filmnya sendiri juga super unik dan gila banget sih. Kalau harus banget dibandingkan dengan Penyalin Cahaya, ini versi gila dan psycho-nya. Secara keseluruhan ternyata film ini dibawakan dengan cara yang ringan dan komikal. Efektif banget sih untuk bikin pengalaman menonton tema yang berat ini jadi menyenangkan dan mudah dicerna. Untuk tipikal film yang masuk berbagai nominasi di berbagai penghargaan bergengsi, jelas film ini jauh dari kata arthouse atau membosankan. Apalagi ada Bo Burnham yang gue baru kenal lewat standup special dia di Netflix, aslinya kan kocak ya dia. Gue suka banget dengan gimana film ini berangkat dari tema kekerasan seksual, dan dibawa ke ranah bagaimana cara para penyintas menjalani hidupnya bertahu

Scenes from a Marriage - HBO Series Review

Gambar
Memang butuh waktu yang tepat buat gue untuk nonton Scenes from a Marriage . Series yang ada di HBO GO ini memang udah rilis di tahun 2021, tapi gue liat di trailer kayaknya bakal menguras banyak emosi. Waktu itu gue belum siap aja, tapi sekarang sudah. Nggak tanggung-tanggung, lima episode langsung gue lahap dalam dua hari kerja. Oya  Scenes from a Marriage  yang di HBO ini adalah versi adaptasi dari serial berjudul sama asal Swedia tahun 1973 yang disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Ingmar Bergman. Oke gue emang suka dengan film-film bertema perpisahan, karena menurut gue ini adalah bagian penting dan tak terelakkan dari hubungan percintaan. Mungkin obsesi gue akan konten-konten tersebut pengen tahu sih mulai dari gambaran alasan perpisahan itu sampai ke bagaimana mereka mengatasinya. Mungkin alam bawah sadar gue berteriak untuk belajar lebih banyak biar kalau gue pada akhirnya mengalami momen perpisahan jadi nggak sakit-sakit amat.  YA TERNYATA GAK JUGA SIH WK. Dulu gue inget ba

A Hero - Review

Gambar
\ Akhirnya kesampean juga nonton filmnya sutradara dan penulis naskah Asghar Farhadi di bioskop! Dulu nonton A Separation (2011) yang ngebuat gue langsung ngefans sama beliau, cuma ditonton di Erasmus Huis di festival film Europe on Screen. Film-filmnya beliau selalu tipikal slice of life sih, tapi gue suka karena bisa ngintip seperti apa kehidupan di Iran. bercerita tentang Rahim Soltani, seorang ayah yang harus masuk penjara karena nggak bisa bayar hutang bisnis karena ditipu rekannya. Sepulang dari penjara, pacarnya nawarin koin emas yang ditemuin di halte bis. Sempat tergiur buat jual dan bayar sebagian utangnya, akhirnya Rahim mengembalikan koin emas itu ke pemiliknya. Tapi ternyata niat dan perbuatan baik tidak serta merta mendatangkan hal baik di dunia modern ini, apalagi era media sosial yang lebih mementingkan citra diri dan narasi ketimbang kebenaran hakiki. Ini adalah pengalaman nonton yang unik buat gue. Dari awal tuh emang agak roaming , ini siapa, kenapa di penjara, d

Maid - Netflix Series Review

Gambar
Oke gue tahu ketinggalan banget nonton Maid baru sekarang. Tapi dulu pas awal-awal rilis, gue nyoba nonton 15 menit pertama dan langsung stop. Gue mikir wah series ini bakal emotionally exhausting banget nih dan waktu itu gue belum siap. Entah kenapa baru siap sekarang-sekarang ini, dan setelah nyoba nonton episode pertama malah nagih non-stop! Bener sih dugaan gue, 10 episode masing-masing kurang lebih 50-60 menit ini emang emotionally exhausting . Naik turun banget emosinya dan kebanyakan yang gue rasain malah emosi negatif; mulai dari gemes, sebel, marah sampai ke ubun-ubun. Apalagi gue tahu limited series ini adalah adaptasi dari novel memoir karya Stephanie Land yang berjudul Maid: Hard Work, Low Pay, and a Mother's Will to Survive tahun 2019. Artinya semua yang gue tonton adalah kejadian nyata! Setelah gue baca-baca artikelnya, Stephanie Land sendiri pas nonton seriesnya aja ke- trigger ! Yang artinya nyata dan mirip banget dengan kejadian aslinya. HIHHHHHH! Oke jadi limite

Kukira Kau Rumah - Review

Gambar
Film adaptasi lagu tuh harusnya begini! Nggak harus terkungkung dalam lirik lagu aja. Hormat setinggi-tingginya buat tim penulis naskah Monty Tiwa, Umay Shahab, dan Imam Salimy yang berani gila fokus ke karakter pengidap bipolar. Seneng banget sih gue karena film Indonesia mulai berani kasih representasi ke para pengidap dan penyintas gangguan kesehatan mental.  Khusus yang satu ini, gue berani bilang kalau penampilan Prilly sebagai karakter pengidap bipolar cukup akurat. Gue nggak pernah ketemu langsung dengan pengidap dan penyintas bipolar, jadi pengetahuan gue hanya sebatas denger cerita, baca jurnal atau artikel, dan nonton Modern Love S1E03 yang Anne Hathaway. Semuanya representasinya cocok dan logis sih. Mungkin minus self harm yang gue yakin ini jadi keputusan pembuat film untuk nggak masukkin unsur itu dengan berbagai alasan. Keputusan pilihan di akhir film juga sangat logis dan jadi pilihan yang terbaik demi kesembuhan karakter Niskala. Nggak heran gue kalau banyak orang yan

The Tinder Swindler - Netflix Review

Gambar
Suka banget sama docu-crime yang ini. Nontonnya gemes-gemes serem gimanaaa gitu. Karena gue pribadi juga make online dating app buat nyari calon istri kan, dan pernah juga kena catfishing . Untungnya belum sampai scam dan swindler sih. Jadi gue bisa relate banget sama semua cerita yang ada di dokumenter ini. Pertama-tama, mari kita mencoba menghindari victim-blaming, keadaan di mana kita nyalahin korban kenapa bisa bego banget jatuh ke dalam skema penipuan itu. Itu sama aja kaya nyalahin korban tabrak lari "kenapa lo naik motor pake helm di tengah jalan?" KARENA YA EMANG GITU BAMBANG.  Awalnya gue juga agak tergoda untuk nyalahin si cewe sih kok bisa-bisanya percaya, rela minjem duit, dan transfer duit segitu banyak. Tapi coba deh ya lo ada di posisi mereka ini, udah pacaran berbulan-bulan! Ya kalo modusnya kaya gini, siapa yang bakal lengah sih karena basisnya udah bukan trust lagi tapi love . Selama ini gue kalo kenalan sama cewe di online dating app, gue punya SOP tersend