Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
The Batman - Review
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
-
Pertama-tama, mari menerima kenyataan dulu bahwa film Batman tidak akan berhenti diproduksi oleh Warner Bros - meski ganti aktor ratusan kali pun. Kenapa? Ya duit lah. Bukan cuma hasil dari penjualan tiket dan subscription di HBO GO/MAX aja, tapi penerimaan paling besar datangnya dari merchandise.
Iya, jualan merchandise Batman itu sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari teman-teman Avengers di toko sebelah. Jadi ya nggak heran kalau banyak yang klaim bahwa Batman adalah pahlawan super yang paling terkenal.
Masuk nonton The Batman dengan durasi tiga jam kurang lima menit, gue datang tanpa ekspektasi apapun. Hasilnya gue sangat terpuaskan dan terkagum-kagum. Menurut gue The Batman versi Matt Reeves ini bukan film superhero, tapi film psychological-thriller noir. Jauh banget dari hingar binar kaya semesta sinema toko sebelah.
The Batman fokus ke kisah detektif dan investigasi pembunuhan berantai yang dilakukan The Riddler, di tengah kota Gotham yang gelap, penuh korupsi, dan seakan nggak ada harapan. Pecinta DC jelas akan orgasme nonton ini, kurang dark apa lagi coba! Bener-bener tiga jam yang penuh dengan drama investigasi dan sedikit banget porsi adegan action. Tapi sekalinya ada, visualnya cantik luar biasa!
Gue suka banget sama arahan Matt Reeves, yang nggak serta-merta menegasikan Batman versi Nolan maupun Synder. Banyak shot-shot homage ke The Dark Night dan Batman v Superman. Lalu karakter Batman yang ditampilkan juga jauh berbeda.
Kalau di The Dark Knight adalah Batman yang jadi pahlawan kegelapan yang rela jadi kambing hitam, maka Batman era Battinson adalah role model bagi siapapun yang ngeliatnya - apalagi di era sosial media yang gampang bikin banyak orang jadi ekstrim karena polaritas.
Dengan versi Batman yang karakternya bertumbuh dari vigilante ke pahlawan, Robert Pattinson nyaris sempurna memerankannya. Dari tatapan matanya aja udah keliatan nanar, penuh amarah, dan obsesif menghukum penjahat.
Yang masih meragukan kemampuan akting Robert Pattinson silakan tutup mulut. Kristen Stewart aja udah sukses move on dari film vampir-vampiran itu, Pattinson pun nggak mau kalah. Oya Paul Dano GOKIL PARAH! Nggak percuma gue ngefans sejak jaman Little Miss Sunshine.
review film the batman robert pattinson review the batman robert pattinson the batman robert pattinson movie review the batman robert pattinson film review resensi film the batman robert pattinson resensi the batman robert pattinson ulasan the batman robert pattinson ulasan film the batman robert pattinson sinopsis film the batman robert pattinson sinopsis the batman robert pattinson cerita the batman robert pattinson jalan cerita the batman robert pattinson
Pertama-tama gue harus ngaku bahwa gue memang fans Billie Eilish sejak pertama kali dia rilis lagu Ocean Eyes tahun 2019. Ya bukan fans garis keras gimana banget, cuma suka sama lagu-lagunya yang melodinya beda dari arus utama. Gue juga nggak tahu secara detil kehidupan pribadinya dia gimana, bahkan gue baru tahu Finneas itu kakaknya sekaligus produser musik dia pas rilis di album pertama. Setelah nonton dokumenter ini, gue jadi makin respek sama artis yang menurut gue sangat beruntung dan terberkati ini. Kita semua tahu lah ya betapa kerasnya dunia hiburan apalagi dengan kasus sebelah mbak Britney Spears yang masih aja dikendalikan sama bapaknya di segala aspek hidupnya. Nah dedek Billie ini luar biasa banget punya keluarga yang beneran 100% suportif di segala sisi. Abangnya Finneas yang jenius di musik tapi juga kagak sirikan sama adeknya yang jauh lebih tenar dari dia. Bapak ibunya yang ternyata memang dari latar belakang musik dan udah grooming Billie dari kecil juga super-bijak d
Dalam setahun kita dikasih 2 film Guy Ritchie? Setelah Operation Fortune: Ruse de Guerre yang rilis di awal tahun, sekarang ada The Covenant . Menariknya The Covenant punya tema yang cenderung segar dan terlalu serius di antara semua film yang pernah disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Guy Ritchie. Film ini juga punya premis anti-perang dengan tema yang rasanya belum pernah diangkat. Persahabatan antara seorang serdadu AS dengan penerjemah lokal di Afghanistan. Harus gue akui, rasanya The Covenant layak jadi salah satu film terbaik di tahun ini. Selain punya tema anti-war yang sangat penting, film ini punya penampilan akting yang luar biasa sampai menyerap emosi penonton. Selain itu deretan adegan aksinya juga sangat intens! Beberapa kali gue dibuat tahan nafas dengan ketegangan yang ditampilkan di layar. Seperti film-filmnya Guy Ritchie sebelumnya, The Covenant juga terlihat jelas dibagi menjadi tiga babak. Meski secara durasi tidak terbagi rata, rasanya pilihan yang tepat untu
Wah kayaknya Cha Cha Real Smooth akan jadi salah satu film romansa - dan coming of age - favorit gue di tahun ini. Manis banget sampe gejala diabetes. Satu lagi tipikal film romansa dengan hubungan yang nggak jelas bahkan cenderung platonic. Meski jelas Andrew mungkin punya sindrom Elektra yang condong lebih suka sama wanita yang lebih tua. Tapi gue rasa film ini nggak cuma ngomongin soal cinta. Melainkan tentang hidup! Hidup di masa transisi menuju dewasa lebih tepatnya. Adulting is no joke as we know, dan pasti banyak dari kita yang baru lulus kuliah bingung mau ngapain. Masa transisi dari hidup yang penuh keteraturan dan otoritas dari institusi pendidikan ke hidup yang lebih bebas terhadap arah, visi, dan misi masing-masing. Mulai dari ganti-ganti pekerjaan, gimana cara menghadapi pelanggan dengan sopan, sampai bertanggung jawab dengan komitmen dan waktu. Nah romansa dapat porsi yang jauh lebih banyak ketimbang pekerjaan, karena gue rasa memang sisi ini yang jauh lebih relate denga
Komentar
Posting Komentar