Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Billie Eilish The World's A Little Blurry - Review
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
-
Pertama-tama gue harus ngaku bahwa gue memang fans Billie Eilish sejak pertama kali dia rilis lagu Ocean Eyes tahun 2019. Ya bukan fans garis keras gimana banget, cuma suka sama lagu-lagunya yang melodinya beda dari arus utama. Gue juga nggak tahu secara detil kehidupan pribadinya dia gimana, bahkan gue baru tahu Finneas itu kakaknya sekaligus produser musik dia pas rilis di album pertama. Setelah nonton dokumenter ini, gue jadi makin respek sama artis yang menurut gue sangat beruntung dan terberkati ini.
Kita semua tahu lah ya betapa kerasnya dunia hiburan apalagi dengan kasus sebelah mbak Britney Spears yang masih aja dikendalikan sama bapaknya di segala aspek hidupnya. Nah dedek Billie ini luar biasa banget punya keluarga yang beneran 100% suportif di segala sisi. Abangnya Finneas yang jenius di musik tapi juga kagak sirikan sama adeknya yang jauh lebih tenar dari dia. Bapak ibunya yang ternyata memang dari latar belakang musik dan udah grooming Billie dari kecil juga super-bijak dengan berbagai positif-negatif anak perempuannya.
Satu adegan di film dokumenter ini yang bikin gue salut banget adalah pas proses penulisan lagu "Listen Before I Go" dibuka dengan kalimat
Take me to the rooftop / I wanna see the world when I stop breathing / Turnin' blue
Pas ibunya masuk kamar bawa kamera dan nanya baik-baik ini beneran lo ngomongin mau lompat dari atap? Dijawab juga dengan bijak sama Billie yang bilang kalau mendingan ditulis dijadiin lagu ketimbang dilakuin beneran.
Hal lain yang gue salut dari seorang Billie Eilish adalah betapa jujur dan apa adanya dia di setiap karyanya. Mulai dari lirik lagu dan pilihan pakaian dia di setiap event yang keliatan banget sebodo teing apa kata orang, this is me! Termasuk juga menyuarakan berbagai pikiran negatif, depresif, dan insecurity dia dalam lagu-lagunya. Nah dokumenter ini pun punya nyawa yang sama dalam kejujuran dan keterbukaan itu. Kebanyakan adegan diambil dari kamera yang dipegang tangan atau kamera smartphone yang jadi ada kesan sangat dekat dan intim dengan para penontonnya.
Oya mereka sekeluarga itu down to earth banget loh. Rumahnya masih sama nggak pindah ke rumah yang lebih gede. Rekaman masih di kamar tidur Finneas. Ya ampun Billie Eilish abis pake LV di event malem, besoknya dia cuci dan jemur sendiri itu baju di jemuran rakyat jelata biasa yang mirip banget sama punya gue! Ya ilaaaah ngakak banget sih gue pas adegan itu.
Ada juga berbagai adegan yang ngasih liat momen-momen terburuk dia, yang saking kecapeannya males ngelayanin foto orang-orang eksekutif titipan sampai dikritik sombong di sosmed dia. Satu adegan yang bikin menyayat hati gue sih pas dia tetap harus konser setelah putus dari cowoknya yang bgst, pas nyanyi "I Love You" dan dia nangis di reff itu aduhhhhh. Kenapa sih banyak cowok-cowok bego dan bgst di dunia ini gak grateful banget udah dapet pacar cantik talented jenius gitu HIH.
Oke! Balik ke film dokumenter ini, ya harus diakui memang dokumenter ini sangat segmented ya pastinya akan sangat relate sama fans Billie Eilish. Tapi untuk orang yang mau kenal lebih jauh siapa itu Billie Eilish, gue rasa dokumenter ini akan sangat membantu sih karena benar-benar nyeritain dari awal dia belum terkenal sampai dia nyabet 5 piala Grammy tahun 2020.
review film Billie Eilish The Worlds A Little Blurry review Billie Eilish The Worlds A Little Blurry Billie Eilish The Worlds A Little Blurry movie review Billie Eilish The Worlds A Little Blurry film review resensi film Billie Eilish The Worlds A Little Blurry resensi Billie Eilish The Worlds A Little Blurry ulasan Billie Eilish The Worlds A Little Blurry ulasan film Billie Eilish The Worlds A Little Blurry sinopsis film Billie Eilish The Worlds A Little Blurry sinopsis Billie Eilish The Worlds A Little Blurry cerita Billie Eilish The Worlds A Little Blurry jalan cerita Billie Eilish The Worlds A Little Blurry
Dalam setahun kita dikasih 2 film Guy Ritchie? Setelah Operation Fortune: Ruse de Guerre yang rilis di awal tahun, sekarang ada The Covenant . Menariknya The Covenant punya tema yang cenderung segar dan terlalu serius di antara semua film yang pernah disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Guy Ritchie. Film ini juga punya premis anti-perang dengan tema yang rasanya belum pernah diangkat. Persahabatan antara seorang serdadu AS dengan penerjemah lokal di Afghanistan. Harus gue akui, rasanya The Covenant layak jadi salah satu film terbaik di tahun ini. Selain punya tema anti-war yang sangat penting, film ini punya penampilan akting yang luar biasa sampai menyerap emosi penonton. Selain itu deretan adegan aksinya juga sangat intens! Beberapa kali gue dibuat tahan nafas dengan ketegangan yang ditampilkan di layar. Seperti film-filmnya Guy Ritchie sebelumnya, The Covenant juga terlihat jelas dibagi menjadi tiga babak. Meski secara durasi tidak terbagi rata, rasanya pilihan yang tepat untu
Wah kayaknya Cha Cha Real Smooth akan jadi salah satu film romansa - dan coming of age - favorit gue di tahun ini. Manis banget sampe gejala diabetes. Satu lagi tipikal film romansa dengan hubungan yang nggak jelas bahkan cenderung platonic. Meski jelas Andrew mungkin punya sindrom Elektra yang condong lebih suka sama wanita yang lebih tua. Tapi gue rasa film ini nggak cuma ngomongin soal cinta. Melainkan tentang hidup! Hidup di masa transisi menuju dewasa lebih tepatnya. Adulting is no joke as we know, dan pasti banyak dari kita yang baru lulus kuliah bingung mau ngapain. Masa transisi dari hidup yang penuh keteraturan dan otoritas dari institusi pendidikan ke hidup yang lebih bebas terhadap arah, visi, dan misi masing-masing. Mulai dari ganti-ganti pekerjaan, gimana cara menghadapi pelanggan dengan sopan, sampai bertanggung jawab dengan komitmen dan waktu. Nah romansa dapat porsi yang jauh lebih banyak ketimbang pekerjaan, karena gue rasa memang sisi ini yang jauh lebih relate denga
Komentar
Posting Komentar