Fast X - Review

Gambar
Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah

Cha Cha Real Smooth - Review


Wah kayaknya Cha Cha Real Smooth akan jadi salah satu film romansa - dan coming of age - favorit gue di tahun ini. Manis banget sampe gejala diabetes. Satu lagi tipikal film romansa dengan hubungan yang nggak jelas bahkan cenderung platonic. Meski jelas Andrew mungkin punya sindrom Elektra yang condong lebih suka sama wanita yang lebih tua. Tapi gue rasa film ini nggak cuma ngomongin soal cinta.




Melainkan tentang hidup! Hidup di masa transisi menuju dewasa lebih tepatnya. Adulting is no joke as we know, dan pasti banyak dari kita yang baru lulus kuliah bingung mau ngapain. Masa transisi dari hidup yang penuh keteraturan dan otoritas dari institusi pendidikan ke hidup yang lebih bebas terhadap arah, visi, dan misi masing-masing. Mulai dari ganti-ganti pekerjaan, gimana cara menghadapi pelanggan dengan sopan, sampai bertanggung jawab dengan komitmen dan waktu.


Nah romansa dapat porsi yang jauh lebih banyak ketimbang pekerjaan, karena gue rasa memang sisi ini yang jauh lebih relate dengan banyak orang. Sisi yang paling bisa menyentuh hati dan emosi, ketimbang sisi pekerjaan yang dipenuhi oleh logika dan strategi. Nggak ada yang lebih jenius untuk menggambarkan transisi di sisi romansa ini dari jatuh cinta pada seseorang yang lebih tua. Jurang atau gap di antara dua umur terpaut jauh itu yang jadi titik utama eksplorasi film ini.




Kisah cinta antara pria berumur 22 tahun dengan janda berumur 30-an anak satu - berkebutuhan khusus pula - jelas jadi kisah yang sangat menarik. Chemistry di antara mereka berdua nggak perlu diragukan lagi deh, cute banget. Tapi secara logika, apakah feasible? Di titik ini penonton diajak - lebih tepatnya dipaksa - mengajak logika ke dalam permainan hati. Visi misi orang berumur 20-an pasti jelas beda dengan umur 30-an, belum lagi segala macam hal yang belum pernah dijalani oleh si 20-an.



Cooper Raif jadi penulis naskah, sutradara, sekaligus pemeran utamanya. Kok ya gue curiga kurang lebih cerita ini bisa jadi banyak terinspirasi dari pengalaman pribadi ya. Btw gue suka banget banget sama si anak Lola yang menderita high-functioned autism, jago akting dan unyu banget!









----------------------------------------------------------

review film cha cha real smooth dakota johnson
review cha cha real smooth dakota johnson
cha cha real smooth dakota johnson movie review
cha cha real smooth dakota johnson film review
resensi film cha cha real smooth dakota johnson
resensi cha cha real smooth dakota johnson
ulasan cha cha real smooth dakota johnson
ulasan film cha cha real smooth dakota johnson
sinopsis film cha cha real smooth dakota johnson
sinopsis cha cha real smooth dakota johnson
cerita cha cha real smooth dakota johnson
jalan cerita cha cha real smooth dakota johnson






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Billie Eilish The World's A Little Blurry - Review

Guy Ritchie's The Covenant - Review