Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Scenes from a Marriage - HBO Series Review
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
-
Memang butuh waktu yang tepat buat gue untuk nonton Scenes from a Marriage. Series yang ada di HBO GO ini memang udah rilis di tahun 2021, tapi gue liat di trailer kayaknya bakal menguras banyak emosi. Waktu itu gue belum siap aja, tapi sekarang sudah. Nggak tanggung-tanggung, lima episode langsung gue lahap dalam dua hari kerja. Oya Scenes from a Marriage yang di HBO ini adalah versi adaptasi dari serial berjudul sama asal Swedia tahun 1973 yang disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Ingmar Bergman.
Oke gue emang suka dengan film-film bertema perpisahan, karena menurut gue ini adalah bagian penting dan tak terelakkan dari hubungan percintaan. Mungkin obsesi gue akan konten-konten tersebut pengen tahu sih mulai dari gambaran alasan perpisahan itu sampai ke bagaimana mereka mengatasinya. Mungkin alam bawah sadar gue berteriak untuk belajar lebih banyak biar kalau gue pada akhirnya mengalami momen perpisahan jadi nggak sakit-sakit amat.
YA TERNYATA GAK JUGA SIH WK.
Dulu gue inget banget pertama kali suka dengan topik ini sejak kenalan sama A Separation (2011)-nya Asghar Farhadi. Setelah itu gue lahaplah mulai dari Blue Valentine (2010), Rabbit Hole (2010), sampai ke Marriage Story (2019). Nah baru kali ini ya tema perpisahan berbentuk series, dengan lima episode pula yang jauh lebih dikit ketimbang series biasa. Kebayang gak sih bakal secapek apa emosi lo nonton ini hahaha.
Menurut gue, Scenes from a Marriage ini sangat realistis, natural, dan bisa banget terjadi di kehidupan nyata. Bahkan mungkin banget ada 1-2 orang di sekeliling lo yang mengalami atau sedikit nyerempet dengan yang dialami oleh Jonathan dan Mira. OH WELL gue sendiri aja ngalamin kok dengan konteks yang berbeda meski kejadiannya di pacar pertama gue yang kebetulan banget namanya juga ah HAHAHA.
Iya gue nggak nyangka ya episode 2 sangat - sangat - triggering buat gue. Cara dia ngasih tahu cowoknya kalau dia ada rasa dengan lelaki lain, cara cowoknya nanggepin, gila gila gila itu gue berasa ngaca dan balik ke gue di tahun 2011. Ya oke waktu itu gue statusnya masih pacaran nggak kaya Jonathan dan Mira yang bahkan udah ada anak. Tapi that single moment di mana pasangan lo jujur kalau udah selingkuh itu sih yang wow *slow clap*
Oya gue suka banget cara bercerita miniseri ini. Lima episode ini kebanyakan berlatar di rumah mereka, dan sepanjang serial ya kita hanya nontonin mereka ngobrol, kangen-kangenan, dan berantem. Ya pokoknya semua hal yang lo ekspek ketika nonton film drama perpisahan deh. Tapi ini super ciamik aja karena diperankan dengan sangat-sangat baik oleh Jessica Chastain dan Oscar Isaac, yang ternyata di kehidupan nyata mereka sahabatan dong.
Dari series ini, dan juga film Marriage Story, semakin meneguhkan konklusi gue bahwa perpisahan dalam pernikahan dengan anak adalah hal yang sangat, sangat, rumit. Pembahasannya bisa panjang lebar sih karena perpisahannya bukan hanya antara dua individu aja, bukan hanya proses penyembuhan kesehatan mental dari masing-masing individu, tapi ada tumbuh kembang anak juga di sana. Apalagi di era modern sekarang yang tema kesehatan mental udah makin terang benderang, dan masing-masing orang berani nuntut kesehatan mentalnya - termasuk mahasiswa yang teriak nggak suka karena ngerasa nggak cocok sama jurusan kuliahnya.
Balik ke Scenes from a Marriage, setiap episode menceritakan rentang waktu yang berbeda antara satu episode dengan yang lainnya. Sesuai judulnya, beneran setiap episode adalah satu episode momen pernikahan mereka. Jadi menarik sekali melihat perkembangan (kesehatan mental) dari masing-masing karakter, kaya ngelihat secara langsung hasil penelitian longitudinal yang memakan waktu bertahun-tahun. Menarik juga ngeliat setiap awal episode pakai konsep seolah-olah Jessica Chastain dan Oscar Isaac masuk lokasi syuting lengkap dengan para kru. Jadi berasa beneran "scenes from a marriage".
Jadi yang mau nonton miniseri ini monggo banget, ini serial yang cantikkkk. Dari pengambilan gambarnya, konsep end credits-nya, setiap pertukaran dialognya, ciamik banget. Tapi buat yang punya trauma tersendiri dalan isu perselingkungan, perpisahan, dan lainnya watch on your own risk. Setidaknya dengan menonton serial ini, semua momen brokenhearted gue jadi tervalidasi bahwa itu adalah hal yang lumrah dan inevitable. Setiap orang pasti ngalamin itu, dan yang pasti, lo nggak sendirian.
review film scenes from a marriage review scenes from a marriage scenes from a marriage movie review scenes from a marriage film review resensi film scenes from a marriage resensi scenes from a marriage ulasan scenes from a marriage ulasan film scenes from a marriage sinopsis film scenes from a marriage sinopsis scenes from a marriage cerita scenes from a marriage jalan cerita scenes from a marriage
Pertama-tama gue harus ngaku bahwa gue memang fans Billie Eilish sejak pertama kali dia rilis lagu Ocean Eyes tahun 2019. Ya bukan fans garis keras gimana banget, cuma suka sama lagu-lagunya yang melodinya beda dari arus utama. Gue juga nggak tahu secara detil kehidupan pribadinya dia gimana, bahkan gue baru tahu Finneas itu kakaknya sekaligus produser musik dia pas rilis di album pertama. Setelah nonton dokumenter ini, gue jadi makin respek sama artis yang menurut gue sangat beruntung dan terberkati ini. Kita semua tahu lah ya betapa kerasnya dunia hiburan apalagi dengan kasus sebelah mbak Britney Spears yang masih aja dikendalikan sama bapaknya di segala aspek hidupnya. Nah dedek Billie ini luar biasa banget punya keluarga yang beneran 100% suportif di segala sisi. Abangnya Finneas yang jenius di musik tapi juga kagak sirikan sama adeknya yang jauh lebih tenar dari dia. Bapak ibunya yang ternyata memang dari latar belakang musik dan udah grooming Billie dari kecil juga super-bijak d
Dalam setahun kita dikasih 2 film Guy Ritchie? Setelah Operation Fortune: Ruse de Guerre yang rilis di awal tahun, sekarang ada The Covenant . Menariknya The Covenant punya tema yang cenderung segar dan terlalu serius di antara semua film yang pernah disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Guy Ritchie. Film ini juga punya premis anti-perang dengan tema yang rasanya belum pernah diangkat. Persahabatan antara seorang serdadu AS dengan penerjemah lokal di Afghanistan. Harus gue akui, rasanya The Covenant layak jadi salah satu film terbaik di tahun ini. Selain punya tema anti-war yang sangat penting, film ini punya penampilan akting yang luar biasa sampai menyerap emosi penonton. Selain itu deretan adegan aksinya juga sangat intens! Beberapa kali gue dibuat tahan nafas dengan ketegangan yang ditampilkan di layar. Seperti film-filmnya Guy Ritchie sebelumnya, The Covenant juga terlihat jelas dibagi menjadi tiga babak. Meski secara durasi tidak terbagi rata, rasanya pilihan yang tepat untu
Wah kayaknya Cha Cha Real Smooth akan jadi salah satu film romansa - dan coming of age - favorit gue di tahun ini. Manis banget sampe gejala diabetes. Satu lagi tipikal film romansa dengan hubungan yang nggak jelas bahkan cenderung platonic. Meski jelas Andrew mungkin punya sindrom Elektra yang condong lebih suka sama wanita yang lebih tua. Tapi gue rasa film ini nggak cuma ngomongin soal cinta. Melainkan tentang hidup! Hidup di masa transisi menuju dewasa lebih tepatnya. Adulting is no joke as we know, dan pasti banyak dari kita yang baru lulus kuliah bingung mau ngapain. Masa transisi dari hidup yang penuh keteraturan dan otoritas dari institusi pendidikan ke hidup yang lebih bebas terhadap arah, visi, dan misi masing-masing. Mulai dari ganti-ganti pekerjaan, gimana cara menghadapi pelanggan dengan sopan, sampai bertanggung jawab dengan komitmen dan waktu. Nah romansa dapat porsi yang jauh lebih banyak ketimbang pekerjaan, karena gue rasa memang sisi ini yang jauh lebih relate denga
Komentar
Posting Komentar