Fast X - Review

Gambar
Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah

Suzume - Review


Setelah Your Name (2016) dan Weathering With You (2019), suhu anime Makoto Shinkai kembali lagi dengan karya terbarunya, Suzume (2023). Kalau Weathering With You gue agak kurang gimana gitu ya, tapi Suzume ini jelas jauh lebih baik - meski gue masih lebih suka Your Name. Jadi jelas ya posisinya, rasanya sulit untuk mengungguli fenomena Your Name yang jadi debut Makoto Shinkai.

Yang gue suka dari Suzume ini adalah ide ceritanya bergerak dari kejadian nyata kemudian dibumbui elemen fantasi yang ciamik dan dramatis. Ceritanya memang berlandaskan Jepang yang sering diguncang gempa bumi dan tsunami, yang jelas memakan banyak korban jiwa dan meninggalkan jejak trauma mendalam bagi para penyintas dan keluarga korban. Hal ini dieksplorasi lebih dalam lewat kisah fantasi adanya cacing yang menghuni alam lain dan lepas lewat pintu bencana di seantero Jepang.


Lewat Suzume kita belajar betapa traumatisnya kehilangan seseorang yang dicintai lewat terjadinya bencana, yang tidak bisa diprediksi sebelumnya. Saking traumanya sampai sekelumit memori itu dihapus paksa, tapi jelas lari darinya tidak menyelesaikan trauma. Pertemuan Suzume dengan Siota si penutup pintu bencana menjadikannya harus menghadapi masa lalu, sekaligus menyembuhkan trauma itu.

Visualnya memang masih konsisten cantiknya. Pengalaman menonton anime, khususnya karya-karya Makoto Shinkai, di layar lebar memang nggak tergantikan. Kayaknya jarang ya gue ngeliat visual anime yang bisa ada adegan time lapse, sadis! Lagu-lagu scoring yang mengiringi juga nggak kalah membawa suasana, sekaligus mengharukan. 



----------------------------------------------------------

review film suzume makoto shinkai
review suzume makoto shinkai
suzume makoto shinkai movie review
suzume makoto shinkai film review
resensi film suzume makoto shinkai
resensi suzume makoto shinkai
ulasan suzume makoto shinkai
ulasan film suzume makoto shinkai
sinopsis film suzume makoto shinkai
sinopsis suzume makoto shinkai
cerita suzume makoto shinkai
jalan cerita suzume makoto shinkai


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Billie Eilish The World's A Little Blurry - Review

Guy Ritchie's The Covenant - Review

Cha Cha Real Smooth - Review