Fast X - Review

Gambar
Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah

Creed III - Review


Film ketiga (dan semoga terakhir) dari spin-off franchise Rocky, yang kali ini jadi debut sutradara dari pemeran utama Michael B. Jordan. Film ini juga menandakan pertama kalinya Sylvester Stallone tidak terlibat dalam spin-off franchise Rocky Balboa. Menariknya, kali ini Michael B. Jordan akan berhadapan dengan Jonathan Majors, yang baru saja jadi karakter antagonis di Marvel Cinematic Universe.

Sebenarnya Creed III ini punya cerita yang menarik. Bercerita tentang Adonis Creed yang bertemu sahabat di masa kecilnya, Damian yang memendam amarah dan balas dendam. Apalagi Damian ini punya postur tubuh yang jauh lebih besar dan punya teknik tinju yang unik. Ini jelas jadi lawan yang berat dan membuat penonton merasa bahwa Adonis bisa saja kalah.


Tapi ya tipikal film olahraga seperti ini, pasti kita sudah tahu hasil akhirnya. Bahwa sebagaimana pun sulitnya dan securang apapun lawannya, pasti karakter utama kita akan menang kan. Setidaknya ini yang jadi bantalan gue ketika nonton Creed III bahwa gue tahu pada akhirnya nggak mungkin deh Adonis kalah. Padahal kalau dibuat kalah malah akan lebih seru dan berkesan. Tapi rasanya nggak mungkin juga di spinoff ini memilih ending yang seperti itu.

Satu hal yang gue apresiasi adalah visual yang cantik, terutama adegan pertandingan tinju. Pemilihan visual yang kreatif ini benar-benar efektif menambah ketegangan. Apalagi digambarkan bagaimana dua petinju ini sangat fokus pada pertandingan, sehingga seakan-akan hanya ada mereka berdua saja di dalam stadion itu. Ditambah lagi super slow motion yang luar biasa ciamik. Menonton di layar IMAX jelas jadi keuntungan tersendiri.






----------------------------------------------------------

review film creed iii 3
review creed iii 3
creed iii 3 movie review
creed iii 3 film review
resensi film creed iii 3
resensi creed iii 3
ulasan creed iii 3
ulasan film creed iii 3
sinopsis film creed iii 3
sinopsis creed iii 3
cerita creed iii 3
jalan cerita creed iii 3


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Billie Eilish The World's A Little Blurry - Review

Guy Ritchie's The Covenant - Review

Cha Cha Real Smooth - Review