Fast X - Review

Gambar
Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah

Qodrat - Review


Akhirnya sutradara dan penulis naskah Charles Gozali terjun juga ke genre horor, setelah enam film sebelumnya bergerak di ranah drama dan ada Juara (2016) yang bergenre aksi. Sejak Gala Premiere, gue udah perhatiin di linimasa banyak pujian dan ulasan positif. Meski banyak juga yang keliatan buzzer dengan brief yang mirip kaya harus nyebut "Constantine", "The Exorcist", dan "Iko Uwais". Tapi gue percaya kalau content speaks for itself

Ternyata kepercayaan gue benar adanya. Qodrat adalah salah satu film horor Indonesia terbaik di tahun ini, sekaligus jadi suguhan horor yang paling segar. Sampai akhir Oktober 2022 ini - apalagi bulan Halloween - pasti ada satu-dua film Indonesia bergenre horor yang rilis setiap minggunya. Oversaturated meski paham bahwa genre horor adalah selera nusantara alias pasti laku di pasaran. Nah Qodrat bisa berdiri tegak tampil beda dan sederhana.


Kisahnya simpel dan rasanya mengembalikan khazanah horor Indonesia klasik di mana pak Ustadz sebagai tokoh utama dan satu-satunya yang bisa melawan setan dan hantu. Datang dari latar belakang bela diri, Charles Gozali pun menambahkan satu dimensi yang menjadikan Qodrat sangat berbeda; pak Ustadz yang nggak cuma ahli ruqyah tapi juga jago bela diri! Satu sentuhan kecil yang langsung menaikkan derajat Ustadz Qodrat nyaris selevel dengan pahlawan super.

Teknis pembuatan filmnya luar biasa. Sebagai penonton film horor Indonesia, gue bisa bilang bahwa color grading, sinematografi, desain produksi yang maksimal sudah jadi standar baru. Yes terima kasih Joko Anwar dan Pengabdi Setan di tahun 2018 yang sudah menaikkan standar ini. Tapi adegan pembuka Qodrat benar-benar nggak ada duanya, cantik banget secara sinema dan seru banget sampe bikin gue tahan nafas.


Segi cerita bisa dibilang sangat sederhana; Ustadz Qodrat pulang ke desa tempat masa kecilnya di pesantren dan menemukan hal-hal aneh. Ada satu plot twist yang mudah ketebak, tapi tetap seru ngikutin jalan ceritanya. Jadi filmnya bisa fokus ke adegan teror hantu dan proses ruqyah yang serunya kaya superhero vs supervillain. Aktingnya Vino G. Bastian juga gue suka banget di sini, biasanya gue ga pernah suka. Aktingnya Marsha Timothy jelas paling juara ya apalagi adegan dia kerasukan. Akting anak kecilnya juga bagus bangetttt!








----------------------------------------------------------

review film qodrat
review qodrat
qodrat movie review
qodrat film review
resensi film qodrat
resensi qodrat
ulasan qodrat
ulasan film qodrat
sinopsis film qodrat
sinopsis qodrat
cerita qodrat
jalan cerita qodrat


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Billie Eilish The World's A Little Blurry - Review

Guy Ritchie's The Covenant - Review

Cha Cha Real Smooth - Review