Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
The Billion Dollar Code - Series Review
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
-
Limited mini-series ini mendramatisasi kisah nyata perseteruan legal antara Terravision yang rilis tahun 1993 dan Google Earth yang punya algoritma yang sama dan baru rilis tahun 2004. The Billion Dollar Code bisa dibilang The Social Network versi Jerman, tapi dari sudut pandang yang berbeda.
Hanya 4 episode dengan durasi kurang lebih 1 jam, seru dan menyenangkan banget sih nontonnya. Kaya kita sebagai penonton juga ikutan gemes ngeliat pertarungan klasik David vs Goliath kaya gini. Yang sebenernya inti permasalahannya sangat mirip dengan The Social Network, bahwa yang ditiru adalah ide dan pola tapi sistem legal intellectual property sayangnya belum bisa mengakui itu dengan sempurna. Akhirnya ngejiplak atau nggak kekmbali pada interpretasi banyak orang.
Kisah mini-series ini diambil dari sudut pandang court-room drama, tapi 3 episode awal masih di persiapan dan baru benar-benar masuk di ruang pengadilan di episode 4. Sebuah langkah yang efektif karena jadi menambah tensi dan keseruan di episode final, yang meski hasil akhirnya bisa lo googling (the pun!) tapi gue nahan diri demi mendapatkan pengalaman tontonan yang seru. Oya cara berceritanya juga banyak pakai flashback ke Berlin tahun 1990-an jadi sama sekali nggak ngebosenin. Plus gue suka banget Jerman tahun 90-an dengan lagu-lagunya yang macam disco-tech jadul itu.
Satu hal yang bikin gue sedih adalah pas gue googling tentang kasus TerraVision vs Google Earth ternyata nggak banyak artikel yang ngebahas soal ini. Memang banyak modifikasi dari kisah nyata salah satunya adalah ternyata ada 4 penemu TerraVision dengan Joachim Sauter yang memimpin tuntutan Art+Com terhadap Google di pengadilan.
Gue cari artikel seputar Joachim Sauter yang menemukan TerraVision pun nggak banyak, yang mengindikasikan seakan-akan dirinya sudah benar-benar move on bahwa idenya yang brilian yang ahead of its time dicuri oleh Google Earth. Sayangnya Joachim Sauter sudah meninggal karena sakit di awal tahun 2021 sehingga nggak bisa nonton mini-series ini.
review film the billion dollar code terravision terra vision earth review the billion dollar code terravision terra vision earth the billion dollar code terravision terra vision earthmovie review the billion dollar code terravision terra vision earthfilm review resensi film the billion dollar code terravision terra vision earth resensi the billion dollar code terravision terra vision earth ulasan the billion dollar code terravision terra vision earth ulasan film the billion dollar code terravision terra vision earth sinopsis film the billion dollar code terravision terra vision earth sinopsis the billion dollar code terravision terra vision earth cerita the billion dollar code terravision terra vision earth jalan cerita the billion dollar code terravision terra vision earth
Pertama-tama gue harus ngaku bahwa gue memang fans Billie Eilish sejak pertama kali dia rilis lagu Ocean Eyes tahun 2019. Ya bukan fans garis keras gimana banget, cuma suka sama lagu-lagunya yang melodinya beda dari arus utama. Gue juga nggak tahu secara detil kehidupan pribadinya dia gimana, bahkan gue baru tahu Finneas itu kakaknya sekaligus produser musik dia pas rilis di album pertama. Setelah nonton dokumenter ini, gue jadi makin respek sama artis yang menurut gue sangat beruntung dan terberkati ini. Kita semua tahu lah ya betapa kerasnya dunia hiburan apalagi dengan kasus sebelah mbak Britney Spears yang masih aja dikendalikan sama bapaknya di segala aspek hidupnya. Nah dedek Billie ini luar biasa banget punya keluarga yang beneran 100% suportif di segala sisi. Abangnya Finneas yang jenius di musik tapi juga kagak sirikan sama adeknya yang jauh lebih tenar dari dia. Bapak ibunya yang ternyata memang dari latar belakang musik dan udah grooming Billie dari kecil juga super-bijak d
Dalam setahun kita dikasih 2 film Guy Ritchie? Setelah Operation Fortune: Ruse de Guerre yang rilis di awal tahun, sekarang ada The Covenant . Menariknya The Covenant punya tema yang cenderung segar dan terlalu serius di antara semua film yang pernah disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Guy Ritchie. Film ini juga punya premis anti-perang dengan tema yang rasanya belum pernah diangkat. Persahabatan antara seorang serdadu AS dengan penerjemah lokal di Afghanistan. Harus gue akui, rasanya The Covenant layak jadi salah satu film terbaik di tahun ini. Selain punya tema anti-war yang sangat penting, film ini punya penampilan akting yang luar biasa sampai menyerap emosi penonton. Selain itu deretan adegan aksinya juga sangat intens! Beberapa kali gue dibuat tahan nafas dengan ketegangan yang ditampilkan di layar. Seperti film-filmnya Guy Ritchie sebelumnya, The Covenant juga terlihat jelas dibagi menjadi tiga babak. Meski secara durasi tidak terbagi rata, rasanya pilihan yang tepat untu
Wah kayaknya Cha Cha Real Smooth akan jadi salah satu film romansa - dan coming of age - favorit gue di tahun ini. Manis banget sampe gejala diabetes. Satu lagi tipikal film romansa dengan hubungan yang nggak jelas bahkan cenderung platonic. Meski jelas Andrew mungkin punya sindrom Elektra yang condong lebih suka sama wanita yang lebih tua. Tapi gue rasa film ini nggak cuma ngomongin soal cinta. Melainkan tentang hidup! Hidup di masa transisi menuju dewasa lebih tepatnya. Adulting is no joke as we know, dan pasti banyak dari kita yang baru lulus kuliah bingung mau ngapain. Masa transisi dari hidup yang penuh keteraturan dan otoritas dari institusi pendidikan ke hidup yang lebih bebas terhadap arah, visi, dan misi masing-masing. Mulai dari ganti-ganti pekerjaan, gimana cara menghadapi pelanggan dengan sopan, sampai bertanggung jawab dengan komitmen dan waktu. Nah romansa dapat porsi yang jauh lebih banyak ketimbang pekerjaan, karena gue rasa memang sisi ini yang jauh lebih relate denga
Komentar
Posting Komentar