Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Malignant - Review
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
-
James Wan pulang kampung ke horor setelah beberapa film blockbuster haruslah kita rayakan bersama. Apalagi dari trailernya sangat menjanjikan dan beneran nggak ketebak jalan ceritanya kaya gimana. Hasilnya beneran nggak ketebak dengan twist yang bikin mulut gue nganga.
James Wan memang sakit jiwa! Idenya super sih sangat segar dan belum pernah gue konsumsi sebelumnya. Menurut gue Malignant mendefinisikan ulang horor itu apa, terutama bagi para pecinta horor. Bahwa horor itu nggak melulu tentang hantu, setan, iblis, atau entitas supranatural lainnya, melainkan sesederhana hal ambigu yang nggak kita pahami sebelumnya. Setelah kita pahami dan mengerti, hal ambigu itu jadi jelas dan nggak jadi horor lagi.
Gue suka banget dengan gimana Malignant dibawakan dengan sangat stylish. Pilihan scoring yang nge-beat dan menghentak kaya film-filmnya Sam Raimi jadi nambah efek uneasy dengan segala ambiguitas yang terjadi dari awal film. Ditambah ciri khasnya James Wan dengan sinematografi yang sangat dinamis dan dari sudut-sudut yang nggak biasa menambah nikmatnya menonton di layar lebar.
Dengan kisah yang dibawakan, gue sangat suka dengan alegori yang bisa dipetik dari Malignant ini. Terkadang kita sering dengar suara di dalam diri kita, kadang baik dan kadang jahat. Suara-suara ini yang kemudian dieskalasi dan ditaruh di titik paling ekstrim bahwa satu individu bisa saja berbuat sangat jahat kalau dia mau - dan sebaliknya berbuat baik. Ini juga menegaskan bahwa yang paling horor dari segala horor adalah bukan setan atau iblis, melainkan manusia itu sendiri.
Gue membayangkan ada kelompok penonton - terutama fans garis keras James Wan - yang akan kecewa setelah nonton Malignant karena berekspektasi "lebih seram" dari Insidiousatau The Conjuring. Ya wajar-wajar aja sih. Tapi menurut gue ini adalah hasil eksplorasi dan berkembangnya seorang pembuat film horor yang nggak terjebak di zona nyamannya. Kalau tetap bergerak di ranah horor mainstream gue yakin akan sulit menandingin The Conjuring yang gue tonton berkali-kali masih aja kagetan. Jadi ya untuk apa mencoba menandingi hal yang sama sedangkan James Wan bisa eksplorasi di ranah lain dan membuktikan yang terbaik.
review film malignant james wan review malignant james wan malignant james wan movie review malignant james wan film review resensi film malignant james wan resensi malignant james wan ulasan malignant james wan ulasan film malignant james wan sinopsis film malignant james wan sinopsis malignant james wan cerita malignant james wan jalan cerita malignant james wan
Pertama-tama gue harus ngaku bahwa gue memang fans Billie Eilish sejak pertama kali dia rilis lagu Ocean Eyes tahun 2019. Ya bukan fans garis keras gimana banget, cuma suka sama lagu-lagunya yang melodinya beda dari arus utama. Gue juga nggak tahu secara detil kehidupan pribadinya dia gimana, bahkan gue baru tahu Finneas itu kakaknya sekaligus produser musik dia pas rilis di album pertama. Setelah nonton dokumenter ini, gue jadi makin respek sama artis yang menurut gue sangat beruntung dan terberkati ini. Kita semua tahu lah ya betapa kerasnya dunia hiburan apalagi dengan kasus sebelah mbak Britney Spears yang masih aja dikendalikan sama bapaknya di segala aspek hidupnya. Nah dedek Billie ini luar biasa banget punya keluarga yang beneran 100% suportif di segala sisi. Abangnya Finneas yang jenius di musik tapi juga kagak sirikan sama adeknya yang jauh lebih tenar dari dia. Bapak ibunya yang ternyata memang dari latar belakang musik dan udah grooming Billie dari kecil juga super-bijak d
Dalam setahun kita dikasih 2 film Guy Ritchie? Setelah Operation Fortune: Ruse de Guerre yang rilis di awal tahun, sekarang ada The Covenant . Menariknya The Covenant punya tema yang cenderung segar dan terlalu serius di antara semua film yang pernah disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Guy Ritchie. Film ini juga punya premis anti-perang dengan tema yang rasanya belum pernah diangkat. Persahabatan antara seorang serdadu AS dengan penerjemah lokal di Afghanistan. Harus gue akui, rasanya The Covenant layak jadi salah satu film terbaik di tahun ini. Selain punya tema anti-war yang sangat penting, film ini punya penampilan akting yang luar biasa sampai menyerap emosi penonton. Selain itu deretan adegan aksinya juga sangat intens! Beberapa kali gue dibuat tahan nafas dengan ketegangan yang ditampilkan di layar. Seperti film-filmnya Guy Ritchie sebelumnya, The Covenant juga terlihat jelas dibagi menjadi tiga babak. Meski secara durasi tidak terbagi rata, rasanya pilihan yang tepat untu
Wah kayaknya Cha Cha Real Smooth akan jadi salah satu film romansa - dan coming of age - favorit gue di tahun ini. Manis banget sampe gejala diabetes. Satu lagi tipikal film romansa dengan hubungan yang nggak jelas bahkan cenderung platonic. Meski jelas Andrew mungkin punya sindrom Elektra yang condong lebih suka sama wanita yang lebih tua. Tapi gue rasa film ini nggak cuma ngomongin soal cinta. Melainkan tentang hidup! Hidup di masa transisi menuju dewasa lebih tepatnya. Adulting is no joke as we know, dan pasti banyak dari kita yang baru lulus kuliah bingung mau ngapain. Masa transisi dari hidup yang penuh keteraturan dan otoritas dari institusi pendidikan ke hidup yang lebih bebas terhadap arah, visi, dan misi masing-masing. Mulai dari ganti-ganti pekerjaan, gimana cara menghadapi pelanggan dengan sopan, sampai bertanggung jawab dengan komitmen dan waktu. Nah romansa dapat porsi yang jauh lebih banyak ketimbang pekerjaan, karena gue rasa memang sisi ini yang jauh lebih relate denga
Komentar
Posting Komentar