Fast X - Review

Gambar
Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah

Dune - IMAX Review


Dune versi sutradara Denis Villeneuve ini adalah adaptasi film kedua dari novel karya Frank Herbert tahun 1965, setelah yang pertama tahun 1984 oleh sutradara David Lynch gagal total. Konon memang sangat sulit mengadaptasi kisah Dune ini lantaran plot yang sangat kompleks. Bahkan Villeneuve sendiri memilih mengerjakan Arrival (2016) dan Blade Runner 2049 (2017) dulu untuk meningkatkan kemampuan dan pengalaman.

Film adaptasi space opera sekompleks Dune memang sangat cocok berada di tangan dingin Villenueve dengan deretan ciri khasnya. Stylish, penuh visual yang cantik, scoring megah dari Hans Zimmer, dan gaya bercerita yang mudah untuk dimengerti menjadikan Dune sebagai tontonan sinematik yang sempurna. Menurut gue, adalah murtad menonton Dune di layar kecil seperti televisi atau bahkan telepon genggam. Banyak shot dan frame yang sebegitu indahnya layaknya lukisan yang terlihat megah di layar bioskop - bahkan IMAX.


Gue udah nonton Dune versi David Lynch di Lionsgate Play dan sempet beberapa saat ketiduran karena saking ngawurnya. Membandingkan Dune versi 1984 dan 2021 ini bagaikan membandingkan gerobak dengan mobil Tesla, alias nggak bisa banget! Versi Villeneuve sangat berhati-hati dalam bercerita dan benar-benar memanfaatkan durasi 2 jam 35 menit untuk mengenalkan berbagai karakter, kelompok, dan dunia kepada penonton. Dijamin paham oleh dilematisnya Paul Atreides dalam mewarisi kekuatan ayah dan ibunya untuk membantu Fremen para penduduk lokal planet Arrakis dalam menghadapi kelompok jahat Harkonnen yang didukung oleh Kaisar.

Sebegitu besar dan pentingnya proyek Dune ini sampai mengumpulkan deretan aktor papan atas. Bintang-bintang muda Timothee Chalamet dan Zendaya memang bersinar dan mendapatkan porsi besar, di samping Rebecca Ferguson, Oscar Isaac, Stellan Skarsgard, Jason Momoa, Josh Brolin, Dave Bautista, dan Javier Bardem. Gila-gilaan memang pamer karakternya, semoga hasil penjualan tiket (dan streaming di HBO Max) bisa untung sehingga Dune Part Two bisa diproduksi dan dirilis di masa mendatang!


Perlu diketahui, novel Dune yang dirilis tahun 1965 ini jadi "inspirasi bagi George Lucas dalam membuat dunia Star Wars - meski hal tersebut nggak pernah diakui oleh beliau. Tapi di Dune bisa dilihat ada banyak hal yang mirip banget, mulai dari The Voice andalan kaum Bene Gesserit mirip dengan Jedi trick sampai dengan cacing raksasa yang hidup di gurun pasir. 





















----------------------------------------------------------

review film dune denis villeneuve
review denis villeneuve
denis villeneuve movie review
denis villeneuve film review
resensi film denis villeneuve
resensi denis villeneuve
ulasan denis villeneuve
ulasan film denis villeneuve
sinopsis film denis villeneuve
sinopsis denis villeneuve
cerita denis villeneuve
jalan cerita denis villeneuve


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Billie Eilish The World's A Little Blurry - Review

Guy Ritchie's The Covenant - Review

Cha Cha Real Smooth - Review