Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah ...
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
No Time To Die - IMAX Review
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
-
Setelah penantian satu tahun, akhirnya kita bisa nonton juga film yang sudah pasti jadi perpisahan Daniel Craig setelah 15 tahun jadi James Bond. Dengan 5 film, Daniel Craig jadi aktor yang paling lama memegang lencana 007 dibandingkan aktor-aktor lainnya. Gue sendiri sih udah excited banget apalagi kali ini ngegandeng Billie Eilish buat bikin dan nyanyi soundtrack berjudul sama. Mana lagunya juga enak banget, siap-siap deh nominasi Best Original Song di berbagai ajang penghargaan tahun depan!
Pertama-tama, buat yang belum nonton No Time To Die HATI-HATI SAMA SPOILER! Ini spoilernya kejam banget sih apalagi kalau kena, udah mengurangi kenikmatan nonton secara signifikan! Nah ini juga fenomenal sih karena melabrak pakem dan formula James Bond yang film pertamanya dirilis tahun 1962 ini. Ditambah dengan durasi 2 jam 43 menit yang jadi film James Bond terpanjang. Benar-benar jadi kado perpisahan yang pecah dan spektakuler untuk era Daniel Craig.
Satu hal yang gue suka adalah betapa era Daniel Craig ini bener-bener mau lepas dari stigma bahwa James Bond itu womanizer. Jauh dari itu, film kelima era Craig ini jelas mau ngasih liat karakter James Bond yang punya hati dan perasaan yang dalam terhadap pasangannya. Jadi nggak asal ngeue sama agen rahasia wanita yang baru ditemuinya, sorry Ana de Armas! Ah tapi gue kok sebel Ana de Armas juga dapet peran segitu doang such a waste!
Kemudian ada Lashana Lynch yang sukses mencuri perhatian sebagai tandemnya James Bond. Mungkin lo pernah lihat dia sebelumnya sebagai Maria Rambeau di Captain Marvel (2019). Di sini dia beneran jadi gritty dan badass! Christoph Waltz walau muncul cuma sebentar tapi kok kuat banget malah lebih berkesan ketimbang di Spectre (2015). Rami Malek juga sebatas oke aja sih jadi penjahat yang emang dia udah nyebelin aja walau dengan hanya pandangan mata tanpa dialog.
review film no time to die james bond review no time to die james bond no time to die james bond movie review no time to die james bond film review resensi film no time to die james bond resensi no time to die james bond ulasan no time to die james bond ulasan film no time to die james bond sinopsis film no time to die james bond sinopsis no time to die james bond cerita no time to die james bond jalan cerita no time to die james bond
Pertama-tama gue harus ngaku bahwa gue memang fans Billie Eilish sejak pertama kali dia rilis lagu Ocean Eyes tahun 2019. Ya bukan fans garis keras gimana banget, cuma suka sama lagu-lagunya yang melodinya beda dari arus utama. Gue juga nggak tahu secara detil kehidupan pribadinya dia gimana, bahkan gue baru tahu Finneas itu kakaknya sekaligus produser musik dia pas rilis di album pertama. Setelah nonton dokumenter ini, gue jadi makin respek sama artis yang menurut gue sangat beruntung dan terberkati ini. Kita semua tahu lah ya betapa kerasnya dunia hiburan apalagi dengan kasus sebelah mbak Britney Spears yang masih aja dikendalikan sama bapaknya di segala aspek hidupnya. Nah dedek Billie ini luar biasa banget punya keluarga yang beneran 100% suportif di segala sisi. Abangnya Finneas yang jenius di musik tapi juga kagak sirikan sama adeknya yang jauh lebih tenar dari dia. Bapak ibunya yang ternyata memang dari latar belakang musik dan udah grooming Billie dari kecil juga super-bijak d...
Wah kayaknya Cha Cha Real Smooth akan jadi salah satu film romansa - dan coming of age - favorit gue di tahun ini. Manis banget sampe gejala diabetes. Satu lagi tipikal film romansa dengan hubungan yang nggak jelas bahkan cenderung platonic. Meski jelas Andrew mungkin punya sindrom Elektra yang condong lebih suka sama wanita yang lebih tua. Tapi gue rasa film ini nggak cuma ngomongin soal cinta. Melainkan tentang hidup! Hidup di masa transisi menuju dewasa lebih tepatnya. Adulting is no joke as we know, dan pasti banyak dari kita yang baru lulus kuliah bingung mau ngapain. Masa transisi dari hidup yang penuh keteraturan dan otoritas dari institusi pendidikan ke hidup yang lebih bebas terhadap arah, visi, dan misi masing-masing. Mulai dari ganti-ganti pekerjaan, gimana cara menghadapi pelanggan dengan sopan, sampai bertanggung jawab dengan komitmen dan waktu. Nah romansa dapat porsi yang jauh lebih banyak ketimbang pekerjaan, karena gue rasa memang sisi ini yang jauh lebih relate denga...
Dalam setahun kita dikasih 2 film Guy Ritchie? Setelah Operation Fortune: Ruse de Guerre yang rilis di awal tahun, sekarang ada The Covenant . Menariknya The Covenant punya tema yang cenderung segar dan terlalu serius di antara semua film yang pernah disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Guy Ritchie. Film ini juga punya premis anti-perang dengan tema yang rasanya belum pernah diangkat. Persahabatan antara seorang serdadu AS dengan penerjemah lokal di Afghanistan. Harus gue akui, rasanya The Covenant layak jadi salah satu film terbaik di tahun ini. Selain punya tema anti-war yang sangat penting, film ini punya penampilan akting yang luar biasa sampai menyerap emosi penonton. Selain itu deretan adegan aksinya juga sangat intens! Beberapa kali gue dibuat tahan nafas dengan ketegangan yang ditampilkan di layar. Seperti film-filmnya Guy Ritchie sebelumnya, The Covenant juga terlihat jelas dibagi menjadi tiga babak. Meski secara durasi tidak terbagi rata, rasanya pilihan yang tepat ...
Komentar
Posting Komentar