Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
KKN Di Desa Penari - Uncut Review
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
-
Setelah ditunda 2 tahun karena pandemi, akhirnya rumah produksi MD Pictures berani merilis KKN Di Desa Penari di momen Lebaran 2022. Kapasitas bioskop di beberapa daerah sudah bisa 100% jadi keuntungan jelas sudah di depan mata. Hype yang kenceng sejak akun anonim @simpleman bercerita tentang pengalaman narasumber di tahun 2019 kemarin ternyata masih ada meski harus ditunda 2 tahun
Penantian panjang itu juga ternyata dibayar tuntas dan lunas! Gue jarang suka dengan film-film horor dari MD Pictures terutama Danur Universe yang nggak habis-habisnya diperas sampai berbagai tetes penghabisan. Tapi film adaptasi dari thread twitter ini punya segi teknis yang ciamik di berbagai segi. Mulai dari penataan kamera, desain produksi yang sangat detil, sampai ke akting para pemerannya yang pas - nggak berlebihan dan nggak berkekurangan juga.
Biasanya tuh ya, penyakit lama film horor Indonesia adalah fokus maksimalin di jump scare dan sebodo teing dengan detil visual, akting dan naskah. Tapi ternyata nggak dengan KKN Di Desa Penari yang (tumben-tumbennya) sutradara Awi Suryadi punya concern lebih di detil-detil selain jump scare. Horor jump scare-nya sendiri memang efektif bikin kaget dan bulu kuduk merinding. Tapi semua itu jelas ditunjang dari detil visual dan akting yang meyakinkan. Jadi bikin penonton gampang percaya dan larut ke dalam cerita.
Dari segi adaptasi, sebagai pembaca thread twitternya gue ngeliat film ini bener-bener setia dengan konten originalnya. Praktis semua kisah serem yang jadi higlight di thread twitter bisa dilihat visualisasinya yang bikin merinding. Sosok Widya dan Nur yang selama ini cuma ada di imajinasi pembaca juga dapat visualisasi yang adil dan sangat baik.
Satu-satunya keluhan gue adalah film ini lebih terlihat sebagai visualisasi thread twitter ketimbang adaptasi. Setia memang iya, tapi ngasih benang untuk menyambungkan satu tweet ke tweet yang lain, satu potongan cerita ke potongan cerita yang lain itu yang jadi persoalan besar. Film ini jadi kaya scrapbook, atau potongan puzzle yang kurang nyambung antara satu adegan ke adegan lainnya. Horor, akting, visual memang cakep tapi jadinya repetitif dengan nggak ada jembatan antar adegan.
Secara keseluruhan, film KKN Di Desa Penari jelas jadi film horor berdasarkan kisah nyata yang punya pesan moral yang kuat; jaga sikap dan perbuatan jika bertamu ke rumah orang lain. Sebuah pesan yang membuat akun @simpleman dan dua narasumbernya merelakan kisahnya diadaptasi jadi film. Yang filmnya pun jadi dua macam versi; Cut dan Uncut. Perbedaan durasinya 9 menit, jadi ada 9 menit yang dipotong di versi Cut. Tapi gue nonton versi Uncut pun nggak ada adegan yang vulgar banget gitu, semuanya masih dalam batas wajar.
review film kkn di desa penari review kkn di desa penari kkn di desa penari movie review kkn di desa penari film review resensi film kkn di desa penari resensi kkn di desa penari ulasan kkn di desa penari ulasan film kkn di desa penari sinopsis film kkn di desa penari sinopsis kkn di desa penari cerita kkn di desa penari jalan cerita kkn di desa penari
Pertama-tama gue harus ngaku bahwa gue memang fans Billie Eilish sejak pertama kali dia rilis lagu Ocean Eyes tahun 2019. Ya bukan fans garis keras gimana banget, cuma suka sama lagu-lagunya yang melodinya beda dari arus utama. Gue juga nggak tahu secara detil kehidupan pribadinya dia gimana, bahkan gue baru tahu Finneas itu kakaknya sekaligus produser musik dia pas rilis di album pertama. Setelah nonton dokumenter ini, gue jadi makin respek sama artis yang menurut gue sangat beruntung dan terberkati ini. Kita semua tahu lah ya betapa kerasnya dunia hiburan apalagi dengan kasus sebelah mbak Britney Spears yang masih aja dikendalikan sama bapaknya di segala aspek hidupnya. Nah dedek Billie ini luar biasa banget punya keluarga yang beneran 100% suportif di segala sisi. Abangnya Finneas yang jenius di musik tapi juga kagak sirikan sama adeknya yang jauh lebih tenar dari dia. Bapak ibunya yang ternyata memang dari latar belakang musik dan udah grooming Billie dari kecil juga super-bijak d
Dalam setahun kita dikasih 2 film Guy Ritchie? Setelah Operation Fortune: Ruse de Guerre yang rilis di awal tahun, sekarang ada The Covenant . Menariknya The Covenant punya tema yang cenderung segar dan terlalu serius di antara semua film yang pernah disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Guy Ritchie. Film ini juga punya premis anti-perang dengan tema yang rasanya belum pernah diangkat. Persahabatan antara seorang serdadu AS dengan penerjemah lokal di Afghanistan. Harus gue akui, rasanya The Covenant layak jadi salah satu film terbaik di tahun ini. Selain punya tema anti-war yang sangat penting, film ini punya penampilan akting yang luar biasa sampai menyerap emosi penonton. Selain itu deretan adegan aksinya juga sangat intens! Beberapa kali gue dibuat tahan nafas dengan ketegangan yang ditampilkan di layar. Seperti film-filmnya Guy Ritchie sebelumnya, The Covenant juga terlihat jelas dibagi menjadi tiga babak. Meski secara durasi tidak terbagi rata, rasanya pilihan yang tepat untu
Wah kayaknya Cha Cha Real Smooth akan jadi salah satu film romansa - dan coming of age - favorit gue di tahun ini. Manis banget sampe gejala diabetes. Satu lagi tipikal film romansa dengan hubungan yang nggak jelas bahkan cenderung platonic. Meski jelas Andrew mungkin punya sindrom Elektra yang condong lebih suka sama wanita yang lebih tua. Tapi gue rasa film ini nggak cuma ngomongin soal cinta. Melainkan tentang hidup! Hidup di masa transisi menuju dewasa lebih tepatnya. Adulting is no joke as we know, dan pasti banyak dari kita yang baru lulus kuliah bingung mau ngapain. Masa transisi dari hidup yang penuh keteraturan dan otoritas dari institusi pendidikan ke hidup yang lebih bebas terhadap arah, visi, dan misi masing-masing. Mulai dari ganti-ganti pekerjaan, gimana cara menghadapi pelanggan dengan sopan, sampai bertanggung jawab dengan komitmen dan waktu. Nah romansa dapat porsi yang jauh lebih banyak ketimbang pekerjaan, karena gue rasa memang sisi ini yang jauh lebih relate denga
Komentar
Posting Komentar