Fast X - Review

Gambar
Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah

Perempuan Bergaun Merah - Review


Perempuan Bergaun Merah adalah sempalan (spin-off) dari salah satu karakter hantu dalam franchise Sebelum Iblis Menjemput. Jangan tanya ke gue ini hantu yang mana karena gue sendiri pun juga lupa. Timo Tjahjanto yang sebelumnya menyutradarai Sebelum Iblis Menjemput (2018) dan Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 (2020), kali ini duduk di kursi produser. Kursi sutradara pun diserahkan ke William Chandra (Sekte, 2019). William Chandra mengawali karir sutradara di film-film pendek independen, yang entah kenapa pas masuk film panjang malah dapet horor terus. Berat memang industri film Indonesia.

Anyway! Perempuan Bergaun Merah - yang naskahnya ditulis juga oleh William Chandra - pengen banget jadi film yang menyuarakan kekerasan seksual terhadap perempuan. Sebuah isu yang lagi hangat di tanah air, apalagi sudah banyak film yang mengangkat tema ini. Tapi sayangnya ini malah memundurkan khazanah film horor Indonesia 30 tahun ke belakang - tepatnya di era Suzzanna. Perempuan ditempatkan sebagai karakter korban tak berdaya, dan baru bisa melakukan perlawanan setelah mati - setelah jadi setan.  Miris!


Berada di bawah produser Timo Tjahjanto, tentunya harus ada over-the-top violence. Anggota badan putus dan darah berceceran adalah deretan adegan yang wajib ada. Setiap penampakannya pun dibuat sehalus mungkin dengan nggak bergantung pada efek suara yang mengagetkan. Tapi sayang dengan deretan elemen horor dan gore, gue nontonnya kok datar banget ya. Apalagi dengan plot twist yang ada di akhir - yang sebenernya ketebak juga - berasa numpang samlekum aja gitu.

Yang gue suka adalah film ini mengangkat kultur Tionghoa, terutama urban legend Nu Gui. Hantu perempuan bergaun merah yang konon bunuh diri agar arwahnya yang marah bisa membalas dendam terhadap semua pihak yang bertanggung jawab. Setiap detil budaya Tionghoa divisualisasikan dengan sangat baik. Mulai dari sembahyang orang meninggal sampai dengan apa saja yang dilakukan saat kremasi.










----------------------------------------------------------

review film perempuan bergaun merah
review perempuan bergaun merah
perempuan bergaun merah movie review
perempuan bergaun merah film review
resensi film perempuan bergaun merah
resensi perempuan bergaun merah
ulasan perempuan bergaun merah
ulasan film perempuan bergaun merah
sinopsis film perempuan bergaun merah
sinopsis perempuan bergaun merah
cerita perempuan bergaun merah
jalan cerita perempuan bergaun merah


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Billie Eilish The World's A Little Blurry - Review

Guy Ritchie's The Covenant - Review

Cha Cha Real Smooth - Review