Fast X - Review

Gambar
Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah

Decision to Leave - Review


Agak deg-degan sih mau nonton filmnya Park Chan-Wook, secara beliau kalau bikin film sesuka hatinya. Bisa setahun sekali, bisa empat tahun sekali. Film terakhirnya aja tahun 2016 lewat The Handmaiden. Tapi memang nggak sia-sia penantian kita semua sama film terbarunya. Apalagi kembalinya aktris Cina, Tang Wei, ke ranah arus utama dan diakui dunia internasional setelah Lust, Caution (2007) dan Blackhat (2015).

Menonton Decision to Leave jadi pengalaman nonton yang sangat unik dan menarik. Filmnya indah, tapi menyedihkan. Kisah cintanya cantik, tapi toksik. Jalan ceritanya sederhana, tapi rumit karena menuntut peran aktif penonton untuk mengurai misteri yang ada. Segala keunyuan yang dihadirkan di tengah film, harus ditutup dengan pedih dan perih. Bahkan rasa perihnya masih nyisa ketika keluar studio.


Visualnya sih yang ciamik maksimal. Sinematografinya unik dan indah maksimal, out of the box tapi kok ya masuk dan jadinya puitis. Apalagi visualisasi ciamik dari beberapa adegan pengintaian, yang menempatkan orang yang dibalik teleskop seakan berada di ruangan yang sama dengan orang yang sedang diintai. Sebuah perumpamaan yang pasti ada di setiap benak yang lagi mengintai, tapi visualisasinya bisa to the point dan cenderung romantis.

Jalan ceritanya juga aduhay indah nian! Trailer dan sinopsisnya sama sekali nggak ngasih tau apapun! Bahkan setelah nonton, gue bingung mesti naruh film ini dalam kategori genre apa. Paling banter mungkin crime / romance? Karena feel pas nontonnya juga one of a kind yang gue nggak pernah dapet di film-film lainnya. Apalagi dengan untaian dialog yang puitis banget, dan siapa yang sangka ternyata beberapa dialog malah jadi kunci plot cerita.


Pesona Tang Wei bener-bener nggak ada matinya ya, meski udah di umur kepala empat. Setiap kemunculannya pasti menghipnotis penonton, sekaligus setiap lawan mainnya. Nggak heran deh Park Hae-il bisa termehek-mehek karena memang sememesona itu. Apalagi dengan karakter yang super kompleks, dan eksekusi akting yang brilian! Jelas sudah, Decision to Leave jadi film yang nggak cukup ditonton hanya sekali.





















----------------------------------------------------------

review film decision to leave park chan wook
review decision to leave park chan wook
decision to leave park chan wook movie review
decision to leave park chan wook film review
resensi film decision to leave park chan wook
resensi decision to leave park chan wook
ulasan decision to leave park chan wook
ulasan film decision to leave park chan wook
sinopsis film decision to leave park chan wook
sinopsis decision to leave park chan wook
cerita decision to leave park chan wook
jalan cerita decision to leave park chan wook


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Billie Eilish The World's A Little Blurry - Review

Guy Ritchie's The Covenant - Review

Cha Cha Real Smooth - Review