Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Unbelievable - Netflix Series Review
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
-
Oke maaf gue telat banget baru nonton Netflix series yang rilis tahun 2019 ini sekarang. Tapi ini indahnya streaming service nggak sih, kemudahan akses yang bisa ditonton di mana aja dan kapan aja. Beruntung gue bukan tipikal yang FOMO amat jadi ya pada waktu Unbelievable ini rilis, gue kayak belum siap gitu buat nonton. Karena udah kebayang akan penuh emosi ya nontonnya mesti ini limited series yang artinya udah fix satu season aja.
Delapan episode masing-masing berdurasi kurang lebih 60 menit, emang nontonnya penuh dengan emosional, drama, dan gemes-gemes pengen nyambit tv. Oke kita semua sudah tahu lah ya kalau ada kasus kekerasan seksual maka keberpihakan pada korban adalah yang utama, dan tindakan pertama yang dilakukan adalah menyediakan ruang aman untuk korban. Tapi tidak dengan yang dialami oleh Marie Adler di serial ini; dia lapor polisi dan mereka nggak percaya, dibenci juga sama temen-temen karena dianggap Marie nyebar berita bohong.
Coba bayangin, gue sendiri sih nggak kebayang, gimana trauma dan beban mental yang dari kasus kekerasan seksual sampai penolakan oleh literally semua orang di sekitarnya. Gilaaak! Mentalnya Marie ini emang terbuat dari baja sih ya, dia bisa bertahan meski harus tertatih-tarih berjalan menjalani hidup. Sementara gue yang (cuma) nonton cuma bisa misuh-misuh dan ngata-ngatain polisi, ibu angkat, dan temen-temennya yang kelakuannya kaya bajing semuanya.
Beruntung kemudian kita dikasih contoh kasus yang benar dan ideal di episode selanjutnya. Duh gue jatuh cinta banget sama dua detektif wanita ini, diperankan dengan sangat-sangat baik oleh Toni Collette dan Merritt Wever. Detektif wanita ini bener ngasih perlakuan yang sangat ideal dari awal interogasi dengan korban sampai pendampingan untuk visum dan hari-hari selanjutnya. Berpihak pada korban, checked! Menyediakan ruang aman, checked!
Oya gue takjub dan kagum banget sama penampilan Toni Collette di sini. Terlihat cocok dan melebur banget dengan karakternya sebagai detektif senior yang penuh asam garam dan tough gitu. Kalau diingat-ingat, peran dia di film-film lain juga ada yang berkarakter insecure dan jadi korban. Sebenernya Toni Collette ini underrated banget ya, talentanya luar biasa!
Setelah itu proses investigasinya juga seru dan bisa dibilang nggak kaya serial crimekebanyakan. Lebih banyak jalan buntu tapi kerennya orang-orang ini bisa berpikir out of the box dan nemu angle lain. Jadi bukan dari kesalahan pelaku, tapi emang murni kepintaran para detektif dan timnya dalam ngegali kasus ini. Semuanya pun dibayar tuntasssss dengan episode akhir yang ngasih penutup yang sangat memuaskan. Pelaku dihukum sepantasnya, orang-orang yang tadinya nggak percaya sama Marie juga merasa bersalah meski tetep pengen gue timpuk sambil teriak ke kupingnya "MAKANYAAA".
review film unbelievable review unbelievable unbelievable movie review unbelievable film review resensi film unbelievable resensi unbelievable ulasan unbelievable ulasan film unbelievable sinopsis film unbelievable sinopsis unbelievable cerita unbelievable jalan cerita unbelievable
Pertama-tama gue harus ngaku bahwa gue memang fans Billie Eilish sejak pertama kali dia rilis lagu Ocean Eyes tahun 2019. Ya bukan fans garis keras gimana banget, cuma suka sama lagu-lagunya yang melodinya beda dari arus utama. Gue juga nggak tahu secara detil kehidupan pribadinya dia gimana, bahkan gue baru tahu Finneas itu kakaknya sekaligus produser musik dia pas rilis di album pertama. Setelah nonton dokumenter ini, gue jadi makin respek sama artis yang menurut gue sangat beruntung dan terberkati ini. Kita semua tahu lah ya betapa kerasnya dunia hiburan apalagi dengan kasus sebelah mbak Britney Spears yang masih aja dikendalikan sama bapaknya di segala aspek hidupnya. Nah dedek Billie ini luar biasa banget punya keluarga yang beneran 100% suportif di segala sisi. Abangnya Finneas yang jenius di musik tapi juga kagak sirikan sama adeknya yang jauh lebih tenar dari dia. Bapak ibunya yang ternyata memang dari latar belakang musik dan udah grooming Billie dari kecil juga super-bijak d
Dalam setahun kita dikasih 2 film Guy Ritchie? Setelah Operation Fortune: Ruse de Guerre yang rilis di awal tahun, sekarang ada The Covenant . Menariknya The Covenant punya tema yang cenderung segar dan terlalu serius di antara semua film yang pernah disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Guy Ritchie. Film ini juga punya premis anti-perang dengan tema yang rasanya belum pernah diangkat. Persahabatan antara seorang serdadu AS dengan penerjemah lokal di Afghanistan. Harus gue akui, rasanya The Covenant layak jadi salah satu film terbaik di tahun ini. Selain punya tema anti-war yang sangat penting, film ini punya penampilan akting yang luar biasa sampai menyerap emosi penonton. Selain itu deretan adegan aksinya juga sangat intens! Beberapa kali gue dibuat tahan nafas dengan ketegangan yang ditampilkan di layar. Seperti film-filmnya Guy Ritchie sebelumnya, The Covenant juga terlihat jelas dibagi menjadi tiga babak. Meski secara durasi tidak terbagi rata, rasanya pilihan yang tepat untu
Wah kayaknya Cha Cha Real Smooth akan jadi salah satu film romansa - dan coming of age - favorit gue di tahun ini. Manis banget sampe gejala diabetes. Satu lagi tipikal film romansa dengan hubungan yang nggak jelas bahkan cenderung platonic. Meski jelas Andrew mungkin punya sindrom Elektra yang condong lebih suka sama wanita yang lebih tua. Tapi gue rasa film ini nggak cuma ngomongin soal cinta. Melainkan tentang hidup! Hidup di masa transisi menuju dewasa lebih tepatnya. Adulting is no joke as we know, dan pasti banyak dari kita yang baru lulus kuliah bingung mau ngapain. Masa transisi dari hidup yang penuh keteraturan dan otoritas dari institusi pendidikan ke hidup yang lebih bebas terhadap arah, visi, dan misi masing-masing. Mulai dari ganti-ganti pekerjaan, gimana cara menghadapi pelanggan dengan sopan, sampai bertanggung jawab dengan komitmen dan waktu. Nah romansa dapat porsi yang jauh lebih banyak ketimbang pekerjaan, karena gue rasa memang sisi ini yang jauh lebih relate denga
Komentar
Posting Komentar