Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
The Rescue - Disney+ Review
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
-
Di tahun 2018, gue inget banget ada ramai pemberitaan penyelamatan 13 anak di gua Tham Luang di utara Thailand. Mereka terjebak di dalam gua yang terendam air karena musim hujan yang datang lebih cepat dari biasanya. Terjebak selama 18 hari, di mana hari ke-8 mereka baru ditemukan lokasinya. Yang keren adalah, tim penyelamatan ini dipimpin dan diekskusi oleh para cave divers dari seluruh dunia, yang spesialis menyelam di gua sebagai weekend hobby mereka aja! Ternyata para Navy Seals Thailand udah nyoba nyelam tapi gagal, ada yang jadi ikut terperangkap bareng anak-anak, ada yang meninggal di tempat juga karena kehabisan oksigen.
Dari pemberitaan dulu sih gue kurang lebih inget alur dan perkembangannya. Dari yang udah seminggu belum ketemu, sampai ketemu dan anak-anaknya masih hidup meski nggak makan selama itu. Trus sampai anak pertama, kedua dan seterusnya yang berhasil diselamatkan ke luar gua. Tapi lewat dokumenter karya National Geographic ini, gue jadi tahu setiap langkap detil yang mereka lakukan demi menyelamatkan 13 anak ini.
Merinding banget sih nontonnya, dan lumayan bikin mata basah. Bener-bener tontonan dokumenter yang bikin faith in humanity restored. Kejadian Tham Luang cave rescue 2018 itu jadi bahan pemberitaan dan omongan di seluruh dunia. Bahkan dari 10.000 orang yang terlibat dalam penyelamatan tersebut, isinya dari berbagai negara mulai dari Inggris, AS, Australia, sampai China.
Yang keren sih testimoni dari para cave divers yang nyelametin ini. Mereka profesinya macam-macam mulai dari IT sampai dokter anestesi. Kocak ngeliat mereka yang tiba-tiba ditelpon dan disuruh dateng ke Thailand buat nyelam dan nyelametin anak-anak. Kaya Avengers aja gitu, mereka lagi ngejalanin kehidupan normal keseharian tiba-tiba disuruh ngumpul dan ngelakuin hal yang jadi spesialisasi mereka. Bener-bener dari satu planet bumi ini, cuma mereka the best cave divers.
Serunya, kita jadi tahu betapa sulitnya cave diving itu. Satu kuncinya adalah ketenangan dan nggak panik. Bayangin aja, Navy Seals Thailand aja panik dan ngabisin oksigen, apalagi anak-anak kalau disuruh diving ke luar gua? Solusinya? Dibius! Beruntung banget itu ada yang profesinya sebagai dokter anestesi jadi ngerti dosis yang aman buat ngebius anak-anak selama diving selama 3 jam. Gokil!
Kisah Tham Luang cave rescue ini konon diperebutkan sama NatGeo dan Netflix. Akhirnya tercapai kesepakatan kalau NatGeo dapet dokumenter dari sisi para penyelamat, dan Netflix dapet dari sisi anak-anak yang terjebak di gua selama 18 hari. Nggak sabar deh ya buat nonton yang versi Netflix, karena akan jadi watching companion yang sangat melengkapi. Oya katanya Ron Howard juga lagi proses mau bikin film hasil adaptasi kisah ini.
review film the rescue review the rescue the rescue movie review the rescue film review resensi film the rescue resensi the rescue ulasan the rescue ulasan film the rescue sinopsis film the rescue sinopsis the rescue cerita the rescue jalan cerita the rescue
Pertama-tama gue harus ngaku bahwa gue memang fans Billie Eilish sejak pertama kali dia rilis lagu Ocean Eyes tahun 2019. Ya bukan fans garis keras gimana banget, cuma suka sama lagu-lagunya yang melodinya beda dari arus utama. Gue juga nggak tahu secara detil kehidupan pribadinya dia gimana, bahkan gue baru tahu Finneas itu kakaknya sekaligus produser musik dia pas rilis di album pertama. Setelah nonton dokumenter ini, gue jadi makin respek sama artis yang menurut gue sangat beruntung dan terberkati ini. Kita semua tahu lah ya betapa kerasnya dunia hiburan apalagi dengan kasus sebelah mbak Britney Spears yang masih aja dikendalikan sama bapaknya di segala aspek hidupnya. Nah dedek Billie ini luar biasa banget punya keluarga yang beneran 100% suportif di segala sisi. Abangnya Finneas yang jenius di musik tapi juga kagak sirikan sama adeknya yang jauh lebih tenar dari dia. Bapak ibunya yang ternyata memang dari latar belakang musik dan udah grooming Billie dari kecil juga super-bijak d
Dalam setahun kita dikasih 2 film Guy Ritchie? Setelah Operation Fortune: Ruse de Guerre yang rilis di awal tahun, sekarang ada The Covenant . Menariknya The Covenant punya tema yang cenderung segar dan terlalu serius di antara semua film yang pernah disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Guy Ritchie. Film ini juga punya premis anti-perang dengan tema yang rasanya belum pernah diangkat. Persahabatan antara seorang serdadu AS dengan penerjemah lokal di Afghanistan. Harus gue akui, rasanya The Covenant layak jadi salah satu film terbaik di tahun ini. Selain punya tema anti-war yang sangat penting, film ini punya penampilan akting yang luar biasa sampai menyerap emosi penonton. Selain itu deretan adegan aksinya juga sangat intens! Beberapa kali gue dibuat tahan nafas dengan ketegangan yang ditampilkan di layar. Seperti film-filmnya Guy Ritchie sebelumnya, The Covenant juga terlihat jelas dibagi menjadi tiga babak. Meski secara durasi tidak terbagi rata, rasanya pilihan yang tepat untu
Wah kayaknya Cha Cha Real Smooth akan jadi salah satu film romansa - dan coming of age - favorit gue di tahun ini. Manis banget sampe gejala diabetes. Satu lagi tipikal film romansa dengan hubungan yang nggak jelas bahkan cenderung platonic. Meski jelas Andrew mungkin punya sindrom Elektra yang condong lebih suka sama wanita yang lebih tua. Tapi gue rasa film ini nggak cuma ngomongin soal cinta. Melainkan tentang hidup! Hidup di masa transisi menuju dewasa lebih tepatnya. Adulting is no joke as we know, dan pasti banyak dari kita yang baru lulus kuliah bingung mau ngapain. Masa transisi dari hidup yang penuh keteraturan dan otoritas dari institusi pendidikan ke hidup yang lebih bebas terhadap arah, visi, dan misi masing-masing. Mulai dari ganti-ganti pekerjaan, gimana cara menghadapi pelanggan dengan sopan, sampai bertanggung jawab dengan komitmen dan waktu. Nah romansa dapat porsi yang jauh lebih banyak ketimbang pekerjaan, karena gue rasa memang sisi ini yang jauh lebih relate denga
Komentar
Posting Komentar