Fast X - Review

Gambar
Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah

Ben & Jody - Review



Dari segala kekhawatiran dan keraguan gue karena pindah haluan genre dari drama tentang kopi ke aksi, terjawab tuntas oleh kualitas Ben & Jody yang gue suka banget! Naskahnya solid dan terjebaknya Ben dan Jody di konflik antara warga lokal perkebunan sawit dengan perusahaan sangat logis. Gue yang pernah ngerasain tinggal sebulan di perkebunan sawit di Kalimantan Barat, sangat sangat memahami dan betapa dekat dunia Ben & Jody dengan kenyataan. 

Konflik antara warga lokal dengan perusahaan sawit itu ada di mana-mana di Indonesia, termasuk warga lokal yang akhirnya menyerah pada keuntungan yang ditawarkan oleh perusahaan. Gue acungin dua jempol untuk sutradara dan penulis naskah Angga Dwimas Sasongko yang berani mengangkat isu ini dengan vulgar dan apa adanya. Iya oke Indonesia memang jadi salah satu negara eksportir sawit terbesar seluruh dunia, tapi konsekuensinya pun juga sangat besar baik ke dampak negatif lingkungan serta warga lokal. Genre apa yang paling tepat dan dijamin memancing banyak penonton kalau bukan action?



Deretan adegan aksinya pun oke banget. Fight choreography dari Yayan Ruhian cantik di mata dan di kamera, sebuah reuni dengan Angga sejak Wiro Sableng (2018). Sangat sedikit pembuat film Indonesia yang bisa merekan cantiknya koreografi silat dengan kamera, dan film ini adalah salah satunya. Nggak banyak cut dan kamera bergerak dinamis sehingga memperlihatkan detil gerakan para pelakonnya. Nggak cuma tembak-tembakan dan berantem tangan kosong, sebuah film action belum lengkap kalau belum ada adegan car chase! The Raid 2 boleh punya car chase ciamik di tengah kota, tapi Ben & Jody punya kejar-kejaran mobil di kebun sawit yang estetik di mata!

Gue suka banget sama semua pemerannya di sini, apalagi didukung sama naskah yang natural. Setiap delivery dialognya jadi natural banget dan bikin gampang untuk naruh emosi ke layar. Sama seperti jalan ceritanya, setiap celetukan dialognya juga nggak klise. "Mas mes mas mes, emangnya semua orang itu orang Jawa??" itu detil dialog yang gue suka banget sekaligus menyentil banyak orang nggak sih! Hahaha.


Chicco Jerikho makin keren aja aktingnya, kalau Rio Dewanto di hutan sih nggak usah dipertanyakan sejak Modus Anomali. Aghniny Haque akhirnya bisa flexing taekwondonya yak. Hana Malasan cantiknya nggak ada obat mana jago berantem ya Allah. Muzzaki masih aja unyu dan charming, kok berasa kagak gede-gede ya dia. Kang Yayang masih aja ngeri padahal cuma pake kutang doang. 













----------------------------------------------------------

review film ben & jody dan visinema filosofi kopi
review ben & jody dan visinema filosofi kopi
ben & jody dan visinema filosofi kopi movie review
ben & jody dan visinema filosofi kopi film review
resensi film ben & jody dan visinema filosofi kopi
resensi ben & jody dan visinema filosofi kopi
ulasan ben & jody dan visinema filosofi kopi
ulasan film ben & jody dan visinema filosofi kopi
sinopsis film ben & jody dan visinema filosofi kopi
sinopsis ben & jody dan visinema filosofi kopi
cerita ben & jody dan visinema filosofi kopi
jalan cerita ben & jody dan visinema filosofi kopi


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Billie Eilish The World's A Little Blurry - Review

Guy Ritchie's The Covenant - Review

Cha Cha Real Smooth - Review