Fast X - Review

Gambar
Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah

Losmen Bu Broto - Review


Gue suka banget sama Losmen Bu Broto! Ciamik mantap di berbagai segi. Akibatnya signifikan banget ngaduk-aduk emosi gue sepanjang film. Beneran usaha banget buat nahan air mata, apalagi sampai akhir film yang langsung berasa hangat di dada. Losmen Bu Broto ini menurut gue adalah film keluarga yang kalau ditonton langsung berada ada di rumah dengan segala kehangatan, lengkap dengan hal-hal yang emosional.

Pertama-tama skripnya solid banget. Nggak salah deh ngasih update dan adaptasi film panjang dari serial TVRI tahun 1980-an ini. Naskah karya Alim Sudio ini benar-benar bisa membawakan semua permasalahan setiap karakter dengan sama rata dan tidak ada menonjol. Karakternya banyak padahal tapi kita bisa kenal dekat dengan setiap karakter mulai dari Bu Broto dan Pak Broto sampai ke tiga anaknya Pur, Sri, dan Tarjo. Okelah mungkin Tarjo yang agak tenggelam dan sia-sialah talenta Baskara Mahendra. Tapi drama masing-masing Pur dan Sri jelas jadi nyawa paling menyala, dan membawa film ini ke ranah film keluarga yang emosional.


Losmen Bu Broto juga jadi ensemble acting showcase yang patut dicontoh oleh banyak film Indonesia - khususnya bergenre drama dan keluarga. Semua pemeran nggak ada kekurangannya sama sekali, benar-benar melebur ke dalam karakter masing-masing. Hilang sudah Maudy Koesnaedi, Mathias Muchus, Putri Marino, Maudy Ayunda, dan Baskara Mahendra yang kita kenal selama ini. Yang kita lihat hanyalah Bu Broto sebagai sosok matriarkal yang kuat dan dominan, Pak Broto yang bijak dan kharismatik, Pur yang melankolis akut, Sri yang tahu apa yang diinginkan dan berani bertindak, dan Tarjo yang sayang banget hanya jadi pemanis.

Bekerja sama dengan Fourcolours Film yang berbasis di Jogja, rasanya udah nggak perlu ragu lagi untuk memberikan potret Jogja dengan jujur dan apa adanya. Mulai dari dekorasi set yang cantik dan banyak tanaman hias, desain kostum yang semua batiknya pengen gue borong, sampai dengan budaya dan tradisi yang niscaya selalu berbenturan dengan modernitas. Sama seperti Jogja yang selalu berhasil atas benturan tradisi dan modern, Losmen Bu Broto juga memperlihatkan bagaimana jika prinsip bertentangan dengan hal modern dan liberal. Benturan tidak dielakkan, tapi selalu ada jalan tengah yang sangat kekeluargaan dan baik untuk kedua belah pihak. 




















----------------------------------------------------------

review film losmen bu broto
review losmen bu broto
losmen bu broto movie review
losmen bu broto film review
resensi film losmen bu broto
resensi losmen bu broto
ulasan losmen bu broto
ulasan film losmen bu broto
sinopsis film losmen bu broto
sinopsis losmen bu broto
cerita losmen bu broto
jalan cerita losmen bu broto


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Billie Eilish The World's A Little Blurry - Review

Guy Ritchie's The Covenant - Review

Cha Cha Real Smooth - Review