Fast X - Review

Gambar
Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah

The Suicide Squad - IMAX Review


Dalam rangka kembali ke bioskop sejak dua bulan tutup, film pertama yang gue pilih untuk ditonton adalah The Suicide Squad. Di linimasa lumayan ramai diomongin pas dulu awal rilis karena banyak mengundang ulasan positif baik dari penonton dan kritikus film. Biar nggak bingung, ini bukan official sequel dari Suicide Squad (2016) karya David Ayer tapi lebih ke reboot. Tapi setelah gue tonton, ini sih bisa dibilang sekuel yang ngelanjutin cerita tahun 2016 itu dari beberapa clue yang ada seperti Harley Quinn udah ikrib sama Captain Boomerang dkk. 

Menarik ngeliat gimana James Gunn yang dikasih kepercayaan penuh sama Warner Bros. Dia memilih karakter-karakter penjahat yang kurang terkenal demi selaras dengan penulis komiknya John Ostrander. Seperti ada ironi tersendiri tentang penjahat super yang bahkan nggak jago berbuat jahat. Hal ini yang sangat terlihat di sepanjang film dan yang bikin kocak serta punya hati yang kuat. Ini juga yang membuat kita para penonton akan sangat mudah untuk jatuh hati ke setiap karakter yang ada.


The Suicide Squad versi James Gunn ini jelas lebih seru, lebih menegangkan, lebih kocak, dan lebih punya hati ketimbang versi David Ayer. Entah karena James Gunn sudah lebih dulu berpengalaman megang film band of misfits di The Guardian of the Galaxy, atau karena dia dikasih kebebasan penuh berkreatifitas oleh studio - nggak kaya jaman David Ayer yang bahkan harus banyak reshoots atas instruksi Warner Bros. 

Pengalaman menonton The Suicide Squad ini memang sangat menyenangkan dan menghibut. Gue sih seneng banget nontonnya. Tapi ada satu kepikiran, apa kabar kata para fans DC ya yang pengen banget ngeliat atmosfer gelap karena memang itu ciri khas DC kan ya, ketimbang Marvel yang memang lebih ringan dan bisa diakses anak-anak dan keluarga. Sisi gelapnya mungkin direpresentasikan oleh visual yang gore berdarah-darah di sini, dan memang sadis banget sampe ke daging dan tulang-tulang. 


Satu yang gue apresiasi adalah ternyata James Gunn pakai kamera IMAX di 100% adegan! Jadi kepake banget itu layar IMAX yang segede gaban, sepanjang film! Nggak kaya film-film IMAX lainnya yang hanya beberap adegan aja pakai aspect ratio IMAX. Salah satu keputusan yang tepat sih untuk membuat orang balik lagi ke bioskop setelah nyaris dua tahun nonton di layar TV aja.





















----------------------------------------------------------

review film the suicide squad james gunn
review the suicide squad james gunn
the suicide squad james gunn movie review
the suicide squad james gunn film review
resensi film the suicide squad james gunn
resensi the suicide squad james gunn
ulasan the suicide squad james gunn
ulasan film the suicide squad james gunn
sinopsis film the suicide squad james gunn
sinopsis the suicide squad james gunn
cerita the suicide squad james gunn
jalan cerita the suicide squad james gunn


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Billie Eilish The World's A Little Blurry - Review

Guy Ritchie's The Covenant - Review

Cha Cha Real Smooth - Review