Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings - Review
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
-
Film ke-25 dan pembuka Fase 4 dari Marvel Cinematic Universe ini akhirnya bisa kita tonton di layar lebar! Momennya sangat pas dengan Hollywood yang lagi asyik-asyiknya mengangkat karakter Asia ke layar lebar. Sebelumnya MCU juga sudah membuktikan lewat Black Panther bahwa menyajikan mayoritas karakter dari ras non-white terbilang sangat berhasil. Buat gue pribadi, senang sekali melihat Simu Liu akhirnya jadi pemeran utama setelah sebelumnya berperan di 5 musim Kim's Convenience.
Menurut gue, Shang-Chi ini beneran nggak seperti film MCU - in a good way! Pertama adalah lebih dari setengah film ini berbahasa Mandarin. Lalu kalau nggak ada cameo dari Wong dan beberapa cameo kejutan lainnya, rasanya gue pun nggak sadar bahwa film ini satu semesta dengan Avengers. Apa yang bikin beda ya? Ini memang tipikal film origin story, tapi feel-nya beneran kaya film-film Asia lainnya yang kental dengan tradisi dan keluarga. The whole film is about family, bahkan penjahat utamanya sendiri bertindak atas motivasi cinta keluarga.
Sebagai jagoan yang ahli bela diri, setiap fight choreography-nya benar-benar keren. Nggak cuma cadas di koreografi, tapi juga hiburan mata banget dengan efek visualnya. Film ini beneran nggak main-main dalam representasi ilmu bela dirinya dan nggak hanya mengandalkan kekuatan super atau teknologi canggih. Favorit gue malah ibu dan ayah Shang-Chi yang adu bela diri di hutan bambu, jelas jadi referensi yang kuat dari Crouching Tiger, Hidden Dragon (2000).
Ini titik sejarah juga di mana kita akhirnya melihat Tony Leung yang baru kali ini memerankan karakter berbahasa Inggris. Makin tua makin ganteng aja ya doi. Auranya terasa kuat di layar, yang meski punya niat jahat tapi kita bisa melihat motivasi dasar dari setiap tindakannya. Simu Liu oke aja dan terlihat sulit menandingi bersinarnya Tony Leung dan Michelle Yeoh, kecuali pas dia udah mulai berantem dengan teknik bela dirinya yang ciamik. Satu cameo yang gue bikin lompat dari kursi adalah Yuen Wah dari KungFu Hustle! GOKIL!
Kalau Black Panther punya Wakanda, maka Shang-Chi punya Ta Lo; negeri alam lain yang penuh dengan hewan-hewan mistis. Menariknya, hewan-hewan ini mengambil langsung dari mitos di Cina daratan. Mulai dari singa yang biasa menjaga gerbang, rubah hulijing, sampai ke burung Phoenix.
review film Shang-Chi Shang Chi and the Legend of the Ten Rings review Shang-Chi Shang Chi and the Legend of the Ten Rings Shang-Chi Shang Chi and the Legend of the Ten Rings movie review Shang-Chi Shang Chi and the Legend of the Ten Rings film review resensi film Shang-Chi Shang Chi and the Legend of the Ten Rings resensi Shang-Chi Shang Chi and the Legend of the Ten Rings ulasan Shang-Chi Shang Chi and the Legend of the Ten Rings ulasan film Shang-Chi Shang Chi and the Legend of the Ten Rings sinopsis film Shang-Chi Shang Chi and the Legend of the Ten Rings sinopsis Shang-Chi Shang Chi and the Legend of the Ten Rings cerita Shang-Chi Shang Chi and the Legend of the Ten Rings jalan cerita Shang-Chi Shang Chi and the Legend of the Ten Rings
Pertama-tama gue harus ngaku bahwa gue memang fans Billie Eilish sejak pertama kali dia rilis lagu Ocean Eyes tahun 2019. Ya bukan fans garis keras gimana banget, cuma suka sama lagu-lagunya yang melodinya beda dari arus utama. Gue juga nggak tahu secara detil kehidupan pribadinya dia gimana, bahkan gue baru tahu Finneas itu kakaknya sekaligus produser musik dia pas rilis di album pertama. Setelah nonton dokumenter ini, gue jadi makin respek sama artis yang menurut gue sangat beruntung dan terberkati ini. Kita semua tahu lah ya betapa kerasnya dunia hiburan apalagi dengan kasus sebelah mbak Britney Spears yang masih aja dikendalikan sama bapaknya di segala aspek hidupnya. Nah dedek Billie ini luar biasa banget punya keluarga yang beneran 100% suportif di segala sisi. Abangnya Finneas yang jenius di musik tapi juga kagak sirikan sama adeknya yang jauh lebih tenar dari dia. Bapak ibunya yang ternyata memang dari latar belakang musik dan udah grooming Billie dari kecil juga super-bijak d
Dalam setahun kita dikasih 2 film Guy Ritchie? Setelah Operation Fortune: Ruse de Guerre yang rilis di awal tahun, sekarang ada The Covenant . Menariknya The Covenant punya tema yang cenderung segar dan terlalu serius di antara semua film yang pernah disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Guy Ritchie. Film ini juga punya premis anti-perang dengan tema yang rasanya belum pernah diangkat. Persahabatan antara seorang serdadu AS dengan penerjemah lokal di Afghanistan. Harus gue akui, rasanya The Covenant layak jadi salah satu film terbaik di tahun ini. Selain punya tema anti-war yang sangat penting, film ini punya penampilan akting yang luar biasa sampai menyerap emosi penonton. Selain itu deretan adegan aksinya juga sangat intens! Beberapa kali gue dibuat tahan nafas dengan ketegangan yang ditampilkan di layar. Seperti film-filmnya Guy Ritchie sebelumnya, The Covenant juga terlihat jelas dibagi menjadi tiga babak. Meski secara durasi tidak terbagi rata, rasanya pilihan yang tepat untu
Wah kayaknya Cha Cha Real Smooth akan jadi salah satu film romansa - dan coming of age - favorit gue di tahun ini. Manis banget sampe gejala diabetes. Satu lagi tipikal film romansa dengan hubungan yang nggak jelas bahkan cenderung platonic. Meski jelas Andrew mungkin punya sindrom Elektra yang condong lebih suka sama wanita yang lebih tua. Tapi gue rasa film ini nggak cuma ngomongin soal cinta. Melainkan tentang hidup! Hidup di masa transisi menuju dewasa lebih tepatnya. Adulting is no joke as we know, dan pasti banyak dari kita yang baru lulus kuliah bingung mau ngapain. Masa transisi dari hidup yang penuh keteraturan dan otoritas dari institusi pendidikan ke hidup yang lebih bebas terhadap arah, visi, dan misi masing-masing. Mulai dari ganti-ganti pekerjaan, gimana cara menghadapi pelanggan dengan sopan, sampai bertanggung jawab dengan komitmen dan waktu. Nah romansa dapat porsi yang jauh lebih banyak ketimbang pekerjaan, karena gue rasa memang sisi ini yang jauh lebih relate denga
Komentar
Posting Komentar