Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
The East - Review
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
-
Gue nonton setengah film ini tanpa sadar yang mana Westerling yang terkenal akan kesadisannya membunuh 40,000 rakyat Indonesia di Sulawesi. Ya selama ini kita cuma tahu Westerling aja di buku-buku sejarah, tanpa tahu nama depannya. Padahal sepanjang setengah awal film gue mulai berasa gimana gitu sama karakter yang ini; dengan idealismenya dia yang anti autoritas dan fokus pada perdamaian di tengah penduduk asli.
Siapa yang sangka idealisme perdamaian itu ternyata bisa jadi akar dari pembantaian banyak orang yang disangka teroris. Memang idealisme seperti ini sangat berbahaya jika jadi justifikasi untuk membunuh banyak orang, seperti yang sudah ditunjukkan oleh karakter fiksi Ozymandias. Iya, orang tersebut adalah Raymond Westerling yang memiliki darah Turki.
Film The Eastsendiri bukan tipikal film perang kebanyakan, apalagi perang kemerdekaan Indonesia seperti trilogi Merah Putih. Gue merasanya The East ini lebih seperti Jarhead, nyaris tidak ada tembakan hanya ada sekelompok prajurit yang melakukan patroli jalan kaki yang jauh di tengah alam Indonesia yang cantik.
Alasan Belanda dalam Agresi Militer II yang berupa menjaga perdamaian dari konflik horizontal patut dipertanyakan karena nyaris konflik yang ada ternyata sangat minim. Ya Belanda nggak sendirian ya jadi negara maju yang menginvasi negara lain demi "menjaga perdamaian". Wah kalau ngomongin ini bisa nggak habis-habis, mari fokus ke filmnya saja.
Buat gue masih cukup takjub melihat dua orang bule di layar bisa fasih berbahasa Indonesia meski dengan aksen Belandanya. Tapi seperti kata Brad Pitt di Fury (2014), language is a tool of the war maka penting banget untuk bisa bahasa lokal ketika sedang menginvasi satu negara. Lalu saking banyaknya cameo aktor/aktris Indonesia seperti Lukman Sardi, Ence Bagus, dan Putri Ayudya, gue jadi tebak-tebakan siapa cameo selanjutnya ketika ada warga lokal yang masuk di layar.
Untuk keseluruhan, The East benar-benar jadi satu-satunya film yang dengan jujur mengangkat kekejaman Raymond Westerling di Indonesia. Meski film ini sempat dituntut oleh sekelompok orang di Belanda karena menggambarkan terlalu kejam, tapi sutradara dan penulis naskah Jim Taihuttu (yang berdarah Maluku) mengungkapkan bahwa yang digambarkan di film sangat dekat dengan realita menurut hasil risetnya dengan para veteran tentara Belanda.
review film the east review the east the east movie review the east film review resensi film the east resensi the east ulasan the east ulasan film the east sinopsis film the east sinopsis the east cerita the east jalan cerita the east
Pertama-tama gue harus ngaku bahwa gue memang fans Billie Eilish sejak pertama kali dia rilis lagu Ocean Eyes tahun 2019. Ya bukan fans garis keras gimana banget, cuma suka sama lagu-lagunya yang melodinya beda dari arus utama. Gue juga nggak tahu secara detil kehidupan pribadinya dia gimana, bahkan gue baru tahu Finneas itu kakaknya sekaligus produser musik dia pas rilis di album pertama. Setelah nonton dokumenter ini, gue jadi makin respek sama artis yang menurut gue sangat beruntung dan terberkati ini. Kita semua tahu lah ya betapa kerasnya dunia hiburan apalagi dengan kasus sebelah mbak Britney Spears yang masih aja dikendalikan sama bapaknya di segala aspek hidupnya. Nah dedek Billie ini luar biasa banget punya keluarga yang beneran 100% suportif di segala sisi. Abangnya Finneas yang jenius di musik tapi juga kagak sirikan sama adeknya yang jauh lebih tenar dari dia. Bapak ibunya yang ternyata memang dari latar belakang musik dan udah grooming Billie dari kecil juga super-bijak d
Dalam setahun kita dikasih 2 film Guy Ritchie? Setelah Operation Fortune: Ruse de Guerre yang rilis di awal tahun, sekarang ada The Covenant . Menariknya The Covenant punya tema yang cenderung segar dan terlalu serius di antara semua film yang pernah disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Guy Ritchie. Film ini juga punya premis anti-perang dengan tema yang rasanya belum pernah diangkat. Persahabatan antara seorang serdadu AS dengan penerjemah lokal di Afghanistan. Harus gue akui, rasanya The Covenant layak jadi salah satu film terbaik di tahun ini. Selain punya tema anti-war yang sangat penting, film ini punya penampilan akting yang luar biasa sampai menyerap emosi penonton. Selain itu deretan adegan aksinya juga sangat intens! Beberapa kali gue dibuat tahan nafas dengan ketegangan yang ditampilkan di layar. Seperti film-filmnya Guy Ritchie sebelumnya, The Covenant juga terlihat jelas dibagi menjadi tiga babak. Meski secara durasi tidak terbagi rata, rasanya pilihan yang tepat untu
Wah kayaknya Cha Cha Real Smooth akan jadi salah satu film romansa - dan coming of age - favorit gue di tahun ini. Manis banget sampe gejala diabetes. Satu lagi tipikal film romansa dengan hubungan yang nggak jelas bahkan cenderung platonic. Meski jelas Andrew mungkin punya sindrom Elektra yang condong lebih suka sama wanita yang lebih tua. Tapi gue rasa film ini nggak cuma ngomongin soal cinta. Melainkan tentang hidup! Hidup di masa transisi menuju dewasa lebih tepatnya. Adulting is no joke as we know, dan pasti banyak dari kita yang baru lulus kuliah bingung mau ngapain. Masa transisi dari hidup yang penuh keteraturan dan otoritas dari institusi pendidikan ke hidup yang lebih bebas terhadap arah, visi, dan misi masing-masing. Mulai dari ganti-ganti pekerjaan, gimana cara menghadapi pelanggan dengan sopan, sampai bertanggung jawab dengan komitmen dan waktu. Nah romansa dapat porsi yang jauh lebih banyak ketimbang pekerjaan, karena gue rasa memang sisi ini yang jauh lebih relate denga
Komentar
Posting Komentar