Sepuluh film, 22 tahun, dan gue makin nggak peduli lagi dengan ceritanya. Gue udah lupa banget sih sama 9 film sebelumnya. Tapi yang jelas gue ingat beberapa ciri khas franchise Fast & Furious ini. Yang pertama adalah penjahat bisa jadi ada di sisi protagonis di film selanjutnya, dan yang mati bisa dihidupkan kembali. Fast X jelas nggak lepas dari dua ciri khas itu. Tapi yang menarik adalah Fast X hadir di tengah film-film superhero blockbuster dan mampu menyatukan fans MCU dan DCU. Deretan cast di film-filmnya Fast & Furious itu selalu bikin franchise The Expendables - yang idenya menyatukan semua bintang film aksi - malah jadi cupu. Apalagi cast di Fast X ini yang bisa bikin fans MCU dan DCU kelojotan bareng. Gila sih nggak ada duanya emang, dan ini memang salah satu jualannya. Jualan yang lain jelas adegan-adegan aksi stunt CGI yang nggak pakai otak alias absurd. Tapi ya nggak apa-apa juga karena toh penonton suka juga. Harus gue akui, di segi cerita Fast X tergolong sudah
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Ted Lasso - Review
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
-
Setelah selesai nonton 1 season dalam 1 minggu, gue berani bilang kalau Ted Lasso adalah salah satu series terbaik yang pernah gue tonton! Ya ampun maafin aku Ted Lasso, tahun lalu pas rilis gue mencibir karena gue kira ini cuma another American sitcom yang biasanya gue ga cocok sama komedinya. Tapi akhir-akhir ini setelah ngeliat banyak reviewnya bertebaran di linimasa dari orang-orang yang gue percaya, gue memutuskan untuk nyoba dan langsung jatuh cinta di episode pertama! Haaaaaaaaa!
Salah banget gue salah banget, ini bukan serial American sitcom biasa mentang-mentang durasi per episodenya cuma 30 menit. Ini kaya apa ya, ga ada pembanding yang tepat sih karena isinya bener-bener campur aduk antara American dan British. Dengan latar belakang London, kita melihat kebiasaan orang Inggris dari kacamata orang Amerika yang jadinya super kocak padahal mereka sama-sama berbahasa Inggris. Jadi deretan leluconnya juga campuran kadang American jokes kadang British jokes, dan ini yang bikin ngakak ngakak sih!
Ceritanya gue juga suka banget meski menjadikan sepak bola hanya sebagai latar belakang, melainkan fokus pada perkembangan setiap karakter yang ada. Setiap karakter yang ada bener-bener nyentuh hati sih, entah karena kocak nggak ketulungan, nyebelin nggak ketulungan, atau kharismatik nggak ketulungan. Jadi gampang untuk jatuh hati di setiap dialognya. Nah perkembangan karakternya juga terlihat jelas dan ada perbedaan 180 derajat dari awal hingga akhir season - terlepas menang atau kalahnya AFC Richmond di pertandingan.
Aduh gue suka banget sama semuaaaaa karakter yang ada di serial ini. Iya oke Ted Lasso pastinya ya, bagusnya nggak cuma dikasih lihat yang positif-positif aja tapi juga ada momen-momen hancurnya. Jadi ya seoptimis-optimisnya seorang Ted Lasso, dia cuma manusia biasa yang bisa sakit hati dan marah-marah juga. Lalu gue suka sama Nate the Great ya ampun gue selalu punya hati sama karakter-karakter terpinggirkan kaya gini nih. Siapa sih yang nggak ngakak sama entrance-nya Dani Rojas???
Higgins super kocak dan si bu bos Rebecca juga kharismatik banget. Lalu ada Keeley Jones yang gue kira bakal jadi karakter tipikal cewe bule kurang berotak tapi ternyata karakternya much more than that! Karakter ini ternyata jadi representasi karakter wanita independen yang bisa berdiri sendiri nggak tergantung sama pemain sepak bola ganteng dan kaya raya. Duet Keeley dan Rebecca jelas jadi karakter wanita super yang cadas banget dilihat di layar.
Satu hal yang kena banget di gue adalah prinsip Ted Lasso yang bukan nyari menang atau kalah - tapi "coaching" agar setiap orang bisa mencapai potensi maksimalnya. Meski pada akhirnya dia harus dihadapkan pada situasi khusus yang idealisme tersebut harus dikesampingkan terlebih dahulu. Life coaching ini yang bener-bener kejadian ke semua orang, nggak cuma para pemain sepak bolanya aja. Pokoknya setiap orang yang bersentuhan dengan seorang Ted Lasso pasti belajar sesuatu dan berkembang lebih baik dalam hidupnya.
review film ted lasso series apple tv+ review ted lasso series apple tv+ ted lasso series apple tv+ movie review ted lasso series apple tv+ film review resensi film ted lasso series apple tv+ resensi ted lasso series apple tv+ ulasan ted lasso series apple tv+ ulasan film ted lasso series apple tv+ sinopsis film ted lasso series apple tv+ sinopsis ted lasso series apple tv+ cerita ted lasso series apple tv+ jalan cerita ted lasso series apple tv+
Pertama-tama gue harus ngaku bahwa gue memang fans Billie Eilish sejak pertama kali dia rilis lagu Ocean Eyes tahun 2019. Ya bukan fans garis keras gimana banget, cuma suka sama lagu-lagunya yang melodinya beda dari arus utama. Gue juga nggak tahu secara detil kehidupan pribadinya dia gimana, bahkan gue baru tahu Finneas itu kakaknya sekaligus produser musik dia pas rilis di album pertama. Setelah nonton dokumenter ini, gue jadi makin respek sama artis yang menurut gue sangat beruntung dan terberkati ini. Kita semua tahu lah ya betapa kerasnya dunia hiburan apalagi dengan kasus sebelah mbak Britney Spears yang masih aja dikendalikan sama bapaknya di segala aspek hidupnya. Nah dedek Billie ini luar biasa banget punya keluarga yang beneran 100% suportif di segala sisi. Abangnya Finneas yang jenius di musik tapi juga kagak sirikan sama adeknya yang jauh lebih tenar dari dia. Bapak ibunya yang ternyata memang dari latar belakang musik dan udah grooming Billie dari kecil juga super-bijak d
Dalam setahun kita dikasih 2 film Guy Ritchie? Setelah Operation Fortune: Ruse de Guerre yang rilis di awal tahun, sekarang ada The Covenant . Menariknya The Covenant punya tema yang cenderung segar dan terlalu serius di antara semua film yang pernah disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Guy Ritchie. Film ini juga punya premis anti-perang dengan tema yang rasanya belum pernah diangkat. Persahabatan antara seorang serdadu AS dengan penerjemah lokal di Afghanistan. Harus gue akui, rasanya The Covenant layak jadi salah satu film terbaik di tahun ini. Selain punya tema anti-war yang sangat penting, film ini punya penampilan akting yang luar biasa sampai menyerap emosi penonton. Selain itu deretan adegan aksinya juga sangat intens! Beberapa kali gue dibuat tahan nafas dengan ketegangan yang ditampilkan di layar. Seperti film-filmnya Guy Ritchie sebelumnya, The Covenant juga terlihat jelas dibagi menjadi tiga babak. Meski secara durasi tidak terbagi rata, rasanya pilihan yang tepat untu
Wah kayaknya Cha Cha Real Smooth akan jadi salah satu film romansa - dan coming of age - favorit gue di tahun ini. Manis banget sampe gejala diabetes. Satu lagi tipikal film romansa dengan hubungan yang nggak jelas bahkan cenderung platonic. Meski jelas Andrew mungkin punya sindrom Elektra yang condong lebih suka sama wanita yang lebih tua. Tapi gue rasa film ini nggak cuma ngomongin soal cinta. Melainkan tentang hidup! Hidup di masa transisi menuju dewasa lebih tepatnya. Adulting is no joke as we know, dan pasti banyak dari kita yang baru lulus kuliah bingung mau ngapain. Masa transisi dari hidup yang penuh keteraturan dan otoritas dari institusi pendidikan ke hidup yang lebih bebas terhadap arah, visi, dan misi masing-masing. Mulai dari ganti-ganti pekerjaan, gimana cara menghadapi pelanggan dengan sopan, sampai bertanggung jawab dengan komitmen dan waktu. Nah romansa dapat porsi yang jauh lebih banyak ketimbang pekerjaan, karena gue rasa memang sisi ini yang jauh lebih relate denga
Komentar
Posting Komentar